Saturday 3 May 2014

Mimpi Jadi PM

Posted By: Unknown - 10:51 pm

Share

& Comment


***

Pengajar Muda, mimpi terindah saya dalam waktu dekat ini. Ada sejuta makna menjadi seorang Pengajar Muda [PM]. Kalo Indonesia Mengajar bilang, “setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi”.

Ya. Kurang lebih setahun kita ditempatkan di salah satu dari 17 kabupaten terpencil dipelosok nusantara. Tetapi itu saya anggap sebagai kewajiban, bukan tuntutan. Karena mendidik adalah kewajiban setiap mereka yang terdidik. Karena saya terdidik, maka saya memiliki kewajiban untuk itu.

Hari jum’at, 2 Mei 2014 yang lalu, saya bersama kawan se-visi di komunitas geodet berbagi, namanya enersia, kami mengikuti salah satu event bertajuk roadshow Indonesia Mengajar [IM]. Acara berlangsung di gedung pasca sarjana di kampus Undip Pleburan. Lumayan rame pesertanya, disana kami juga bertemu kawan di komunitas turun tangan, sebuah komunitas inisiasi seorang Anies Baswedan. Saya juga join disana.

[Dari kiri: Lina, Prof Eko, Hikmat dan Andhika]
Event-nya sangat berkualitas, baik moderator maupun pembicara. Nur Novilina, mantan ketua senat fakultas teknik menjadi moderator. Pembawaan-nya sangat luwes, tapi bersahaja sih, setipe aviani malik. Si reporter Metro [mantan stasiun televise kesukaan saya, tidak setelah ada partai nasdem].

Pembicara pertama Hikmat Hardono, direktur eksekutif IM. Kedua ada Prof. Ir. Eko Budiharjo, rektor legendaris Undip, periode 1998-2006 dan pembicara ketiga adalah Andhika Mahardika, pengajar muda alumnus Undip yang telah bertugas selama 14 bulan di Aceh Utara.

Banyak hal tentang IM saya ketahui dari bapak Hikmat, mulai dari filsafat, sejarah, sampai kepada teknis penugasan pengajar muda. Menurut dia, IM ada bukan hanya untuk melengkapi, tapi memperbaiki kulaitas pendidikan bangsa. Bahkan, IM mampu memberdayakan daerah yang “harus” didorong untuk berkembang.

Sementara Prof Eko lebih mengutarakan kondisi pendidikan bangsa lewat kacamata beliau sebagai budayawan dan praktisi akademik. Beliau mengutarakan bahwa persoalan dunia pendidikan seperti perkelahian antar pelajar, dll adalah sebuah dampak dari ketiadaan pendidikan karakter dan moral dalam dunia pendidikan. Bukankah di Indonesia hanya diajarkan ilmu alam? Bagaimana dengan ilmu akhlak?

Hal menarik saya peroleh dari mas Andhika Mahardika. Seorang enginer lulusan Teknik Mesin tahun 2011. Pria asal Pemalang asyik bercerita pengalaman selama bertugas di Aceh Utara. Berbagai macam kegiatan selama mengajar ia utarakan dengan gamblang. Suka duka selama disana. Tetapi ada hal menarik yang saya peroleh. Bahwa untuk mengajar itu mudah. Yang terpenting kuatkan niat dan jadilah diri sendiri. Keunikan jati diri akan membawa kita kepada kesuksesan. Kata dia sih gitu. Bener juga sih. Hehe.

Acara selesai pukul 17.30, tiga jam setelah acara resmi dibuka oleh bapak Warsito, Pembantu Rektor bidang kemahasiswaan Undip. Terimakasih Indonesia Mengajar. Kalian memberikan saya sekeranjang inspirasi. Yang mungkin akan saya terapkan di komunitas geodet berbagi.


Dalam perjalanan hidup, semoga semakin baik dan lebih baik. Dalam setiap usaha, IM akan saya jadikan salah satu prioritas tujuan. Semoga Alloh merestui. Kalau-pun tidak tercapai. Memang itu yang terbaik. In GOD we Trust.

About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.