Sunday 9 March 2014

Abu Bakar Al-Shiddiq

Posted By: Unknown - 2:55 pm

Share

& Comment

“Abu Bakar, sahabat dekat Rasulallah yang paling setia sekaligus paling banyak mengikuti ajarannya. Laki-laki yang begitu rendah hati ini, begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya, begitu gemar bergaul dengan orang-orang papa—dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang amat dahsyat”

Begitu kalimat yang saya baca di cover depan buku kisah hidup Abu Bakar Al-Shiddiq terbitan penerbit Zaman, karya Dr. Musthafa Murad. Kalimat diatas merupakan salah satu kesan dari seorang penulis "Sejarah Hidup Muhammad", Muhammad Husain Haikal. Buku setebal 312 halaman menyajikan kisah sosok khalifah pertama, mulai dari awal keimanan hingga ia wafat.

Rahimahullah Abu Bakar Al-Shiddiq merupakan satu satunya sahabat Rasulallah yang disebut oleh Allah  dalam Al Qur’an dengan kata sahabat. Abu Bakar adalah orang kedua bersama Rasulallah didalam gua. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 40 berikut,

“jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya,”Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”…..”

Peristiwa tersebut terjadi ketika Rasulallah diperintah oleh Allah berhijrah ke Madinah untuk menjumpai kaum Anshor yang bersuka hati menerima risalah nubuwat. Hijrah kali ini hanya dilakukan oleh Rasul dan Abu Bakar. Ketika mereka dikejar oleh kaum kafir Quraish, Abu bakar dan Rasul bersembunyi didalam gua dan disanalah pertolongan Allah datang.

Dengan kuasa Allah, pintu gua sempit tersebut telah ditempati oleh sarang laba-laba walau hanya beberapa saat lalu dilalui oleh Rasul dan Abu Bakar. Keringat dingin membasahi dahi Abu Bakar, ketika melihat kaki orang-orang Quraish dari dalam gua, dalam hati ia berkata, “andai mereka –kaum Quraish– melihat dari arah kakinya, tentu mereka akan melihat kami”. Tetapi Allah memalingkan kaum Quraish dengan membisikkan “tak mungkin ada orang jika dimulut gua ditumbuhi sarang laba-laba”

Gelar Al-Shiddiq (Jujur dan Membenarkan) sangat pantas ia sandang. Sehari setelah Rasulallah Isra’ Mi’raj, beliau mengumumkannya kepada segenap kaum muslimin dan penduduk Quraish di sekitar ka’bah. Rasul berkata, “semalam aku hijrah ke masjid Al Aqsa dan mi’raj menjumpai Allah”. Ketika orang kafir mencemooh beliau, dan sebagian orang muslim masih mempertanyakan kebenarannya, Abu Bakar menjadi yang pertama membenarkan kabar Rasul tersebut.

Ketika orang muslim –yang lemah iman– bertanya kepada Abu Bakar, “Dan kau percaya bahwa ia (Rasulallah) pergi ke Syam (palestina) dalam waktu satu malam kemudian balik kembali ke Makkah pagi harinya?” Abu Bakar tegas menjawab, “Benar. Aku percaya, bahkan jika ia mengatakan yang lebih jauh sekalipun. Aku percaya bahwa ia mendapatkan kabar dari langit di pagi maupun sore hari.”

Kedudukan mulia tersebut menegaskan kepantasan seorang Abu Bakar ketika diamanahi kepemimpinan kaum muslimin sepeninggalan Rasulallah. Tak ada seorang pun (sahabat) yang lebih memahami kandungan Al Qur’an melebihi Abu Bakar. Kekerabatan Abu Bakar dan Rasulallah –mertua, setelah Rasul menikahi Aisyah, putri Abu Bakar– menegaskan kedudukan mulianya dikalangan keluarga Rasul.

Meneruskan kepemimpinan kaum muslimin dirasa berat oleh Abu Bakar. Bagaimana tidak. Beberapa hari usai pembaiatan, gerakan murtad secara bergelombang muncul dimana-mana. Hingga memunculkan beberapa nabi palsu seperti Musailammah Al Khazab, Thulaihah, Sajah, dan lainnya. Beberapa kabilah juga menolak membayar zakat, dengan dalih zakat hanya berlaku ketika Rasulallah masih hidup.

Khalifah segera berunding dengan sahabat untuk menentukan sikap, diantara mereka ada Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, dan sahabat lainnya. Dengan tegas Khalifah akan menumpas segala bentuk pemberontakan, terutama nabi palsu dan pengingkaran zakat. Sesuai dengan firman Allah, Rasulallah adalah penutup risalah kenabian, serta zakat yang tak bisa dipisahkan dari sholat sebagai rukun islam. Tanpa zakat, berarti bukan islam. Abu Bakar tegas dalam hal aqidah -pokok agama-.

Beberapa panglima perang kaum muslimin beserta pasukannya diperintah oleh khalifah untuk menumpas segala bentuk pemberontakan. Hingga muncul nama-nama seperti Khalid bin Walid –syaifullah (pedang Allah) –, Sa’ad bin Abi Waqqas, Amr bin Ash, Usamah bin Zaid, Ikrimah bin Abu Jahl, Syurahbil bin Hasanah, dan lainnya.

Berkat kegigihan mereka stabilitas politik jazirah arab mampu dikendalikan. Terlebih pencapaian gemilang Khalid bin Walid yang berhasil menundukkan sebagian wilayah Persia (Iran) dan Syam (Syria). Hingga membuat raja Persia, Kisra dan raja Byzantium (Romawi Timur), Heraklius getar getir. Kaum muslimin mulai mendapat banyak perhatian dari kedua negara Adidaya saat itu (ibarat Amerika dan Rusia).

***

Salah satu momen paling penting ialah saat perang Yamamah. Saat itu banyak dari kalangan sahabat Hafidz Qur’an gugur sebagai syuhada menghadap Rab semesta alam. Kegelisahan merundung kaum muslimin. Takut jika makin banyak sahabat penghafal Al Qura’an menyusul gugur di medan perang. Atas usulan Umar bin Khattab, Khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an yang tertulis dalam tulang, batu dan lainnya, serta dilengkapi dengan hafalan beberapa sahabat, akhirnya mushaf pertama mampu diselesaikan oleh Zaid.

Selain mushaf, beliau juga mengenalkan sistim Baitul Mal, atau kas negara. Untuk kemudian dibagi secara adil kepada seluruh penduduk kaum muslimin. Harta shadaqah, zakat, maupun rampasan perang –ghanimah– semuanya masuk ke Baitul Mal. Karena jumlah penduduk muslimin yang belum banyak, dan akhlak mulia sahabat nabi yang tidak cinta kepada harta dunia, sehingga belum ada pencatatan mengenai Baitul Mal. Pencatatan dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab.

***
Wanita yang paling dekat dengan Rasul adalah Aisyah, sedang dari golongan laki-laki adalah Abu Bakar. Sang sahabat akhirnya wafat pada tanggal 8 Jumadhil Akhir tahun 13 Hijriah, dua tahun setelah Rasul. Abu Bakar wafat di Madinah, di ibukota kaum muslimin dan dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulallah.

Penguasa yang hanya memiliki harta seorang budak, seekor unta tua, dan selembar tikar, akhirnya menjumpai sahabat tercinta.

“Inilah umat Muhammad, kelompok manusia yang paling awal memasuki surga.
Dan inilah Abu Bakar, manusia pertama diantara mereka yang memasuki surga”

Saat mendengar kabar kematian sang khalifah, Ali bin Abu Thalib berlari cepat dan menghampiri kerumunan sahabat dirumah Abu Bakar. Ia berkata,

“…engkau adalah orang yang ringkih tubuhnya, tetapi kokoh menegakkan perintah Allah. Jiwamu merunduk tawwaduk, tetapi derajatmu agung dan mulia disisi Allah, terhormat ditengah-tengah manusia, dan mulia dalam jiwa mereka. Engkau tak pernah meremehkan siapapun dan tak pernah mengatakan keburukan tentang siapa pun. Di sisimu, orang yang lemah dan terhina adalah orang yang kuat hingga engkau memenuhi hak-haknya. Sama saja di sisimu, baik orang yang dekat maupun yang jauh. Orang paling dekat kepadamu adalah yang paling taat kepada Allah dan paling bertaqwa…” hingga selesai.

Kemudian seluruh sahabat berkata, “engkau benar, wahai menantu Rasullah.




About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.