Friday 27 September 2013

Seharusnya Mentoring Itu ...

Posted By: Unknown - 7:40 am

Share

& Comment


Kebijakan Pemerintah mana yang tidak memiliki konsep bagus? UKT dan kenaikan harga BBM memiliki konsep bagus, semua orang percaya akan hal itu. Akan tetapi, bagaimana peng-implementasi-annya dalam realita hidup bangsa Indonesia? Tak sesuai dengan rencana awal. Entah itu dimakan korupsi, kolusi maupun nepotisme. Jika konsep kebijakan pemerintah dan peng-implementasi-an kebijakannya sama – sama tidak bisa dijalankan, apa yang harus kita (baca: mahasiswa) lakukan?

Kenali apa yang menjadi penyebabnya, KKN adalah puncak dari gunung permasalahan moral, iya, demoralisasi adalah proses kemunduran yang sedang dialami kebanyakan pejabat bangsa ini. Kalau kita ber khuznudzon –baik sangka– mungkin hanya segelintir orang yang mengalami demoralisasi akut, akan tetapi sebagian besar dari segelintir orang tersebut ialah orang yang memiliki kekuasaan, langsung saja sebut mereka yang duduk di Senayan.

Mereka banyak membuat konsep kebijakan, tapi banyak pula peng-implementasiaan-nya yang jauh panggang dari api, permasalahannya pun beragam, tetapi jika ditelaah, benang merah nya ialah demoralisasi akhlak bangsa. Dan yang lebih memprihatinkan ialah terorganisasinya proses demoralisasi tersebut sehingga membentuk suatu sistem yang celakanya sistem tersebut kita gunakan dalam proses berbangsa dan bernegara.

Kita mungkin sudah tahu bagaimana rusaknya “sistem” yang sedang berjalan di Indonesia, salah satunya ialah sistem politik yang juga meliputi etika berpolitik. Bagaimana mungkin partai yang didirikan karena perkembangan tarbiyah dan berlandaskan nilai – nilai agama Islam, salah satu oknum nya atau lebih tepatnya ketua –mas’ul– bisa terjerat kasus korupsi? Begitu kuatnya sistem berpolitik di negeri ini, dengan mudahnya menjerumuskan orang “suci” ke jurang kenistaan.

Lantas, apakah kita hanya pasrah meyesali apa yang telah terjadi? Sekali kali tidak! Kita sebagai pemuda generasi dakwah harus melakukan lebih dari apa yang akan dilakukan oleh pemuda lainnya. Walau tak mudah, akan tetapi bukan suatu hal yang mustahil. Ibarat mujahid yang ikut berperang tentu akan mempersiapkan diri jauh hari sebelum berperang, dengan harapan akan memperoleh kemenangan yang menegakkan panji – panji islam.

Mujahid tentu akan mempersiapkan fisik, mental serta peralatan perang seperti pedang yang tajam, pakaian perang yang cukup melindungi, kuda yang sehat, serta perbekalan selama peperangan. Seperti itu juga lah kita seharusnya bersikap, bersiap diri sebaik mungkin sebelum berjihad di jalan Alloh untuk memperbaiki “sistem” berbangsa dan bernegara kita.

Dewasa ini mentoring tumbuh kembang dan mulai menjamur dikalangan mahasiswa di berbagai kampus di Indonesia. Mentoring tak ubahnya sebuah kelompok belajar dimana kita saling tukar menukar ilmu –terutama ilmu agama dan akhlak– dan pengetahuan umum antar anggota kelompok. Hal yang tidak kita dapatkan di ruang kelas perkuliahan. Disini lah peranan mentoring sangat berharga dalam proses pembentukan dan pembinaan nilai – nilai agama, termasuk akhlak dan moral berkebangsaan didalamnya.

Kenapa mahasiswa? Karena dari mereka lah akan dicetak ahli – ahli dibidang mereka masing – masing, mereka juga lah yang bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa. Akan tetapi kebanyakan dari mereka hanya memiliki keahlian di bidang keteknisan saja, bagaimana dengan keahlian dibidang sosial dan moralnya? Maka dibutuhkan peran besar mentoring untuk menumbuhkannya.

Seiring berjalannya waktu, pelaksanaan mentoring tak semulus yang di harapkan. Seperti halnya Rasulalloh SAW saat berdakwah, mentoring pun mengalami problematika serupa. Mulai dari skill murabbi –pementor– sendiri, sampai anggota mentoring yang mulai “kehabisan bensin” ditengah perjalanan proses mentoring. Karena insyaAlloh kita sebagai Murabbi adalah panggilan jiwa, maka sekecil apapun skill yang kita miliki, dengan izin dan pertolongan Alloh, hal tersebut tak akan menjadi suatu permasalahan besar.

Tetapi, kenyataannya, menjadi Mutarabbi tidak semua nya merupakan panggilan jiwa seperti halnya Murabbi, itulah yang menyebabkan sedikit demi sedikit anggota mentoring “berguguran”. Salah satu solusi yang mungkin bisa di coba adalah dengan memperbaiki sistem mentoring yang kita lakukan. Lebih dekat lah dengan Mutarabbi, usahakan mentoring berjalan dua arah bahkan bisa dicoba model tanya jawab. Diharapkan, dengan terjalinnya kedekatan antara Murabbi dan Mutarabbi, musim “berguguran” tersebut bisa dihindari.

Dan sebagai mana adab ilmuan muslim seperti Ibnu sina dan Al khawarizmi, jangan lah kita merasa cukup dengan ilmu yang telah kita miliki saat ini. Ingat, ketika kita menjadi seorang Murabbi, tak ubahnya kita menjadi seorang selebriti, apa yang kita lakukan dan apa yang kita katakan, akan didengar dan dicontoh oleh Mutarabbi kita. Jadi, kita wajib hukumnya mencari sebanyak – banyaknya ilmu dan pengetahuan lebih banyak lagi agar dalam bertindak kita akan semakin berhati – hati.
“Makin banyak wawasan, makin mudah kita menulis”
Kata tersebut juga berlaku untuk mentoring, makin banyak wawasan keagamaan kita, makin mudah pula kita untuk menjelaskan kepada Mutarabbi. Saya pribadi rasa, ketika kita sebagai seorang Murabbi sudah berusaha dengan ikhlas untuk menambah ilmu sebanyak mungkin, berusaha mendekatkan diri secara personal ke masing – masing Mutarabbi, itu sudah cukup untuk menebus janji dan amanah kita sebagai seorang Murabbi di mata Alloh SWT. Seperti halnya Rasulalloh yang hanya menyampaikan, jika mereka tidak mau menerima risalah Rasul yang kita sampaikan, itu sudah kembali ke-urusan masing – masing orang terhadap Alloh, kita tidak ikut menanggung apa yang akan mereka dapatkan.

Jadi, mulai dari sekarang sampai seterusnya, lebih perdalami lagi ilmu keagamaan dan wawasan kita, jika kita ingin menjadi seekor kucing, cari lah gerombolan kucing, hindari dan hiraukan ajakan gerombolan serigala. Rangkul calon Mutarabbi kita melalui do’a dan pendekatan personal, perbaiki terus skill kita dalam menyampaikan sesuatu hal. Dan jangan lupa kita berdo’a untuk kita –Murabbi– sendiri, semoga dimudahkan jalan dan didekatkan pertolongan Alloh dan semoga kita akan tetap istiqomah di jalanNya, maka insyaAlloh kita akan mendapatkan derajat yang lebih tinggi dihadapnNya. Hal itulah yang insyaAlloh ingin saya pribadi lakukan.

“Supaya, ketika nanti saya mati, saya disapa Djibril dan Izrail datang dengan muka bahagia dan mengucapkan salam. Ketika istirahat di alam kubur pun tak akan disempitkan oleh Alloh, Munkar dan Nankir pun tak membentak ketika bertanya kepadaku. Dan semoga Ridwan menanti kedatangan ku dan hanya sesekali Malik memanggil ku, itupun karena ia ingin men-suci-kan ku sebelum diriku menetap di Firdaus, Amiin. Semoga disana aku disapa oleh Alloh, berkesempatan bertemu dengan Rasulalloh SAW dan sahabat, walau semasa di dunia aku ditakdirkan tidak hidup sezaman dengan mereka, berbeda 14 abad lamanya.Amiin ya Rab.” Wahyu Nur Rohim
“Jangan malu berdo’a kepada Alloh, walaupun kita sedang lemah iman dan berkali – kali mengkhianati cinta dan kasihNya”

About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.