Sunday 15 December 2013

#BerbagiNasi

Posted By: Unknown - 2:48 pm

Share

& Comment

Udara dingin begitu kerasa dimalam itu. Hujan rintik tengah meliputi seluruh daerah tembalang dan sekitar. Masih begitu jelas dalam ingatan, bagaimana tetesan hujan terlihat jelas oleh pancaran sinar lampu jalan, tepat di pojok masjid samping kontrakan caca –temen ku (cowok) yang kurang beruntung di bidang akademik, namun, dia salah satu guru terbaik dalam bersosialita-.
Saat itu sudah pukul 19.00 lebih, dihari jum’at tanggal 13 Desember 2013, tepat dihari ulang tahun temen baik ku, Alfin, dan temen buruk ku, Gilang (bercanda, hehe. dia temen yang baik, tapi kelihatannya buruk).
Menengok kalender sejenak memang sudah masuk dipenghujung tahun, tak terasa hampir dua bulan sudah kita lalui. Jujur dihati, tak banyak waktu berharga dalam hidup yang mampu aku lukiskan, sedangkan umur tiap hari makin mendekat dipenghujung masa. Semoga ini menjadi salah satu warna terindah dalam lukisan umurku.

Berangkat

Sesuai jarkom, pukul 18.30 kita janjian kumpul di tempat biasa, dikontrakan caca seperti saat pertengahan bulan oktober lalu, saat pertama kali kita ngejalanin kegiatan berbagi ke sebuah panti. Dulu, ide kegiatan berbagi hanya berawal dari obrolan kecil beberapa orang teman, tetapi, perlu diingat, tak sedikit sebuah gerakan, ide dan gagasan besar berawal dari sebuah obrolan warung kopi.
Perlahan satu persatu mereka mulai merapat ke kontrakan, ada yang bawa pesanan nasi bungkus, ada yang bawa aqua gelas, dan yang paling aku suka, mereka membawa senyum bahagia dan niat tulus turut serta di acara berbagi, yang mereka bilang berbagi nasi.
Apapun itu namanya, yang terpenting ia sudah mampu mewarnai Geodesi 2010 dengan kebaikan dan keindahan kemurahan hati. Dengan begitu, semoga bukan hanya kaderisasi yang mengenalkan dan menyatukan antara kita, melainkan kebaikan dan semangat berbagi itulah yang akan menjaga keutuhannya.
Malam itu rintik hujan masih terus berlanjut, hingga jam di tangan menunjuk pukul delapan malam. Kita masih menunggu hujan reda. Perlahan rasa lapar dan kantuk mulai menghinggapi beberapa orang. Hingga saat karunia dari Tuhan tersebut telah reda, saatnya kita untuk menuai keberkahan itu semua dan mulai bersiap – siap untuk beraksi. Let’s go.
Berangkatlah kita pukul setengah sembilan malam, dengan membawa lima puluh lebih nasi bungkus serta tambahan beberapa nasi goreng bungkus lagi. Terlebih dahulu kita berkumpul di POM Bensin Undip sambil menunggu beberapa teman yang mau menyusul. Seusai berdo’a bersama yang dipimpin “komandan” caca, kita langsung meluncur bersama sekitar 20an anak ke daerah di sekitar jalan pemuda dan pasar Johar.

Tukang Becak

Seperti edisi-edisi sebelumnya, sasaran kita tetap tukang becak, karena kebanyakan dari mereka telah berkeluarga, kadang perut mereka yang ada dirumah lebih mereka utamakan daripada perut sendiri. Jangan dibayangkan berapa berat becak mereka, belum lagi ditambah beban penumpang dan barang bawaannya. Bukan mesin, tetapi kaki yang mengayun pedal tersebut sejauh permintaan penumpang.
 Mereka kebanyakan pendatang dari kota sekitar semarang, seperti purwodadi, demak, kudus, dll. Dari yang kita jumpai selama ini, tak sedikit yang berumur diatas lima puluh tahun. Aku kira mereka memiliki rumah semi permanen untuk beristirahat laiknya pekerja bangunan umumnya, ternyata tidak, mereka tidurpun didalam becak tersebut. Badan mereka tentu menggigil dikala hujan lebat mengguyur kota Semarang.
Satu renungan kita dapatkan, betapa mulianya seorang kedudukan ayah, bapak, papa, abah, abi atau apapun itu sebutannya. Bukan dari kacamata profesi kita melihatnya, tetapi bagaimana ia berusaha dengan gigih memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga. Tak usah aku bertanya, karena tangan dan kaki kokoh mereka sudah mampu menjawabnya.
  Dua puluh menit kita sudah sampai di jalan pemuda, hanya sedikit tukang becak yang kita temui. Oleh karenanya, aksi langsung kita percepat menuju pasar Johar. Rombongan kita lebih dari 10 motor, dari kejauhan seperti anak geng motor dengan pakaian seragam. Tapi sayang, kita berwajah intelektual, hanya Dimas yang berwajah sangar.
Setiba disana, bukan hanya tukang becak, gelandangan dan orang cacat fisik serta beberapa anak jalanan juga kita jumpai. Beberapa dari mereka tengah terlelap saat kita datang. Tak enak hati kita bangunkan sejenak untuk memberi sebungkus nasi dan satu gelas air minum. Senyum mereka menandakan ucapan terimakasih dan pemaafan atas keusilan kami membangunkan mereka dari mimpi indah didepan ruko beralas kardus bekas.  
Pemandangan “kaum marjinal” yang cukup memilukan, bagaimana orang cacat fisik yang ditelantarkan oleh pemerintah, gelandangan yang tidak mendapat hak penghidupan layak sebagai seorang rakyat di Negara yang berdaulat, serta anak – anak yang tak mendapat lingkungan pendidikan yang semestinya.
Sungguh ironis bangsaku ini, banyak sekali kaum yang terpojokkan. Pembangunan tak sempat mereka rasakan, bukannya tak mau dan tak tahu, tetapi tatanan masyarakat yang mengharamkan mereka untuk menikmatinya. Andaikan pembangunan ekonomi di negeriku ini tak mementingkan perasaan pengusaha saja, apalagi investor asing yang tak berperasaan, mungkin mereka tak akan seperti sekarang.
Rakyat kecil itu membutuhkan bantuan tulus dari kalian, jangan kepentingan perusahaan asing yang diutamakan, sehingga memaksa pribumi “menjual diri” ke negeri orang. Prioritaskan pembangunan untuk rakyat sendiri, bukan orang asing, buang jauh pola liberal, tengoklah sosialisme. Anda memang tak jauh berbeda dengan Fir’aun, sang raja penindas kaum lemah.
Mereka tentu rindu sosok pro rakyat dan pro keadilan seperti Soekarno, Hugo Chavez, Abraham Lincoln maupun Umar bin Khattab. Dimana mereka membawa kemakmuran dan menempatkan rakyat lemah sebagai prioritas pembangunan.

Pemuda Indonesia

Tak habis di pasar Johar, kita berkeliling di malam hari kota Semarang. Kita menuju kawasan stasiun Tawang yang berjarak hanya sekitar 200 meter. Banyak kita jumpai tukang becak berjejer di depan area stasiun. Alhamdulillah, nasi dan air minum habis dibagi semua, hanya kantong plastik yang kita bawa pulang.
Rute pulang kita melewati kawasan kota lama dengan ikon gereja blenduk, kita lewati pasar Johar lagi sebelum memasuki kawasan pemuda dan nongkrong di depan balaikota. Disana kita saling bercengkerama dan bersendau gurau hangat ditengah gerimis yang mulai turun.
Dari hasil obrolan, berbagi nasi kemungkinan akan dilaksanakan kembali pada tanggal 10 januari 2014. Masih lama memang, kita vakum selama satu bulan karena libur minggu tenang dan hendak memasuki waktu ujian akhir semester pula.
Hujan tak lagi gerimis, terlihat hujan makin deras. Sebelum balik tembalang ada sedikit kejutan buat yang hari itu berulang tahun, Alfin dan Gilang. Sebuah kue tak begitu besar, tetapi berat akan do’a kebaikan dari kita semuanya. Semoga keceriaan dan kebahagiaan ini akan menjagi memori indah untuk kita kenang.
“Memang kenangan akan terhapus oleh masa depan, tetapi pelajaran dan kebaikan yang kita peroleh itulah yang akan mempengaruhi masa depan kita.”penulis*.
Tak hanya kue, ada kejutan tambahan dari kita. Walau sebenarnya tidak pantas dicontoh, tetapi itu kami lakukan hanya untuk menambah kesan. Mereka mendapatkan hadiah “gesek” ke tiang papan lalu lintas depan balaikota. Kalau tidak salah, itu tiang tanda dilarang berhenti.
Selesai acara, kita balik tembalang, ditengah guyuran hujan kita membawa pulang perasaan bahagia, walau belum bisa duduk di bangku pemerintahan, paling tidak satu langkah kecil sudah kita lakukan untuk membantu bangsa keluar dari jurang masalah sosial.
Mungkin itu belum bisa membalas jasa pahlawan, dan pengorbanannya pun tak sebesar bung Tomo dan arek – arek suroboyo kala belanda hendak merebut kembali kedaulatan nusantara. Tetapi, hal kecil itu cukup untuk mengisi kemerdekaan, ditengah lesu-nya semangat pemuda Indonesia.
“Temanku Yooman, jadilah pemuda yang kuat, baik fikir maupun tindakan. Baik intelektual maupun spiritual. Jadilah pemuda yang diharapkan Soekarno, yaitu pemuda yang mampu mengguncang dunia.”Penulis*.
*Penulis adalah pemilik Blog


About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.