Rumah satu petak pun tak dirasa kecil oleh keluarganya, mereka hanya bersyukur terus menerus kepada yang maha kuasa atas segala kenikmatan yang telah diperoleh selama ini. Karena hanya rasa syukur kepadaNya lah yang membuatnya merasa kaya, pantang baginya mengeluh kesah karena hanya akan membuatnya semakin terasa miskin.
Soebandi
baru menikah beberapa tahun dengan sang kekasih, Maryatun, tetapi dua anak sudah
dilahirkannya. Si sulung sudah lahir sebelum pernikahan genap berumur 1 tahun
dan diberi nama Tinsiyah. Belum juga rehat barang sebentar, Tinsiyah sudah
dikabarkan bakal memiliki saudara sedarah. Benar saja, kurang lebih satu tahun
berselang lahir adik Tinsiyah yang juga perempuan dan diberi nama Soewarni agar
orang bisa memanggilnya.
Saat
menikahi kekasihnya kala itu Soebandi masih perjaka asli sedang sang kekasih
masih dipertanyakan?? Bukannya apa –
apa, Soebandi bukanlah first love Maryatun, sebelum mereka berdua menikah dan
mengikat janji setia sehidup semati se iya se kata, Maryatun telah menikah dua
kali. Dalam dua kali kesempatan tersebut berakhir dengan kandas tanpa
menghasilkan seorang anak barang satupun.
Tidak
bisa diketahui secara pasti apa yang terjadi hingga Maryatun gagal sampai dua
kali, tapi pola pikir remaja yang belum matang mungkin bisa dibilang sebagai
biang keladi. Saat menikah untuk pertama kali usia Maryatun belum mencapai
sweet seventeen, tepatnya baru menginjak 15 tahun. Muda memang, tapi hal tersebut
sangatlah lumrah dan wajar di waktu proklamasi belum genap satu dasawarsa di
baca oleh Soekarno.
Bersambung ....
0 comments:
Post a Comment