*

*
Powered by Blogger.

Tuesday, 29 April 2014

Memanjakan Imajinasi dan Menegaskan Tindakan

Posted By: Unknown - 9:06 am

***

Imajinasi adalah suatu karunia. Seorang pemimpi tak akan mampu bekerja tanpa adanya suatu imajinasi. Dan seorang yang berhasil selalu diawali dengan predikat sebagai seorang pemimpi. Jadi, imajinasi adalah bibit dari sebuah kesuksesan.

Bak pisau yang memiliki sisi tajam dan tumpul, imajinasi mampu mengantarkan pemiliknya kepada kesuksesan ataupun kegagalan. Tergantung dari bagaimana memperlakukan imajinasi tersebut. Jika imajinasi mampu dibimbing dengan baik, akan menghasilkan sebuah ide cemerlang. Jika tidak, tentu yang terjadi adalah sebaliknya. Pelaku akan mendapati sebuah jurang kegagalan.

Jalan menuju kesuksesan memiliki rute yang jauh lebih panjang, terjal dan penuh rintangan. Selain memiliki imajinasi dan membimbing-nya menjadi suatu ide cemerlang, pelaku juga harus mampu melakukan suatu hal yang kita sebut tindakan. Apalah arti imajinasi dan ide cemerlang tanpa suatu tindakan? Nothing.

Maka, satu hal yang ingin saya sampaikan. Sekarang sudah banyak orang yang bosan dengan sumpah serapah janji manis nan menawan. Masyarakat rindu akan tangan yang turun langsung menjamah mereka. Tangan dan kaki penuh bercak kotoran bak pahlawan tanpa imbalan. 

Apapun dan bagaimana-pun imajinasi, mimpi dan angan-mu, jangan engkau simpan hingga terlupa oleh angin lalu. Wujudkan hal tersebut dengan melakukan hal kecil penuh makna. Berbagi hal kecil sebelum menjadi seorang dermawan dimata Tuhan. Memulai dari sesuap nasi sebelum menjadi segudang beras. Ibarat belajar sebelum menjadi pintar. Everything need the process.

Akhir kata. Imajinasi itu sangat indah. Dibalik keindahan-nya menyimpan sejuta tanya. Dan selamanya akan menjadi pertanyaan jika hanya tersimpan didalam angan. Namun akan terjawab tuntas usai menjadi suatu tindakan. Salam.


Sunday, 27 April 2014

Penulisan Lead/Teras Berita

Posted By: Unknown - 8:19 pm

***

“Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di kota Semarang, komunitas Geodet Berbagi mengadakan sebuah kegiatan bakti pendidikan bertajuk Geodet Mengajar di SD N 1 Jabungan, kelurahan Kramas, kecamatan Banyumanik, pada hari sabtu 26 April 2014. Kegiatan tersebut diikuti lebih dari 130 murid mulai dari kelas I sampai VI. Seluruh murid sangat antusias mengikuti serangkaian acara dari mulai pukul 08.00 sampai selesai pukul 10.30 WIB.”

Dalam kalimat teras (lead) berita diatas, dapat dengan mudah diketahui oleh pembaca bahwa dalam satu paragraph (sekali baca), ia sudah dapat mengetahui who, when, where, why, what dan how, unsur pokok dalam penulisan jurnalisme.

What adalah apa nama/jenis/kategori/tajuk kegiatan tersebut. Apa disini ialah kegiatan bakti pendidikan yang bertajuk Geodet Mengajar.

Who dalam berita diatas adalah siapa yang melakukan atau menyelenggarakan kegiatan tersebut, jadi who disini adalah Komunitas Geodet Berbagi. Why dalam berita diatas adalah apa alasan yang melatar belakangi acara tersebut, yaitu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di kota semarang.

Where adalah dimana lokasi kegiatan tersebut berlangsung, yaitu di SD N 1 Jabungan, kel Kramas, kec Banyumanik, kota Semarang. When adalah kapan kegiatan tersebut berlangsung. Mencakup tanggal dan waktu kejadian, yaitu pada hari sabtu, 26 April 2014.

How atau bagaimana menerangkan secara garis besar keberlangsungan kegiatan tersebut. Seperti tingkat antusiasme, waktu/jam berlangsungnya acara, hingga data – data penunjang lainnya, seperti jumlah murid, dll.

Konsep piramida terbalik berlaku disini, dimana berita paling berbobot ditaruh dalam satu kalimat utama/pembuka/teras/lead. Semakin ke bawah semakin mengandung informasi yang kurang penting.
Semoga bermanfaat.



Wednesday, 23 April 2014

Memaknai Berbagi

Posted By: Unknown - 9:58 am

***

Berbagi…
Bukan sekedar memberi dengan tangan kanan dan berharap ucap terimakasih
Bukan hanya memberi sekadar apa yang mudah kita lepas, pun dengan apa yang sangat kita suka
Bukan juga memberi tanpa suatu kesan, namun harus membekas dalam sebuah ingatan

Berbagi…
Berbagi terasa indah saat dilakukan sendiri, karena rasa ikhlas begitu terasa dalam sanubari
Berbagi terasa ringan, saat langkah termotivasi oleh janji manis indahnya surga
Namun, Berbagi akan terasa jauh lebih indah jika dilakukan bersama, karena,
Ada sejuta senyum, canda, semangat, harapan dan mimpi dalam berbuat baik

Berbagi…
Saat kita melangkah setapak, akan meninggalkan satu jejak
Saat kita menapak beberapa langkah, banyak pasang mata menaruh rasa
Saat kita berkata “besok kita kasih tiga”, ada saja yang berkata, “kita kasih tiga puluh”

Berbagi itu Indah, walau definisi indah berbeda-beda

Tetapi yang jelas, berbagi jangan ditunggu beberapa saat,
Langsung kerjakan apa yang bisa kita kerjakan.
Ketika dada sesak dan langkah terasa berat, paksakanlah, itu lebih baik,
“Paksa saja raga kalian berbuat baik, daripada sukarela berbuat buruk”
Bukankah memaksakan diri masuk surga lebih mulia daripada sukarela masuk jurang neraka?





Fallujah : A Conflict Story

Posted By: Unknown - 9:28 am

***
Semilir angin berhembus sejuk. Menyelinap dalam sunyi senyap kota Fallujah. Hingga terdengar suara yang begitu nyaring. Menghentak telinga siapa yang mendengar.

“Dooorrr dorrrr dorrrr” suara AK-47 mengaung ke seantero kota.

Mata Kamal terperanjat mendengar suara keras tersebut. Ia mulai terbangun dari tidur. Cekatan ia beranjak dari alas tidur. “Mama,” kata pertama yang terlontar dari mulut kecil kamal. Saking takutnya, ia terus memanggil-manggil nama sang malaikat mulia itu.

Siang itu situasi kota sedang kacau. Baku tembak terjadi dimana-mana. Bahkan dinding ruko tempat ia berlindung pun kini sudah berlubang-lubang sebesar ukuran peluru. Saking banyaknya, hingga nampak bak sebuah etalase.

Sejenak suara itu tak lagi terdengar. Dalam benaknya, sepertinya kota sudah mulai aman. Kamal memilih bersender dibalik tembok dan meluruskan kaki kanannya. Ternyata ia salah. Tak lama kemudian, lagi-lagi telinga kecilnya mendengar suara selongsong peluru berhamburan jatuh ketanah.

Suara itu terdengar lagi. Bahkan terdengar lebih keras. Sangat jelas terdengar dari ruko pasar Al Amin.

“dooorrrrr, dooorrrr, dooorrrr”. Kamal semakin ketakutan.

Suara kali ini disertai oleh jeritan seorang wanita tua setengah baya. Sepertinya kamal mengenal suara itu. Ingin sekali ia mendatangi arah suara tersebut. Tapi ia masih ragu untuk keluar dari tempat perlindungan.

“Hasbiyallahu… Hasbiyallahu… Hasbiyallahu”

Kamal terus mengucapkannya dengan penuh kekhusyukan.

Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Bahwa tidak ada suatu apapun yang mampu menolong dirinya, kecuali Dia, yang selalu ia rindu sehari lima waktu.

Perlahan kalimat – kalimat tersebut mampu menguatkan jiwa Kamal. Rasa penasaran mampu mengalihkannya dari perasaan takut. Dengan penuh ketenangan, ia raih kusen tepi jendela dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memegang sebuah kursi untuk membantunya berdiri.

Kamal berhasil berdiri walau cukup tertatih. Ia tak berdiri tegap, karena ia tak mampu. Selamanya ia tak akan mampu berdiri tegap seperti satu bulan yang lalu. Saat beberapa peluru nyasar tentara Amerika belum menembus tulang paha kirinya.

Dibalik kaca jendela, ia hanya menampakkan sedikit bagian kepala dan seksama memperhatikan keadaan sekitar. Ia menerka darimana suara tadi berasal. Apa benar itu suara Ummi. Jika iya, ingin rasa menjumpainya, gumam Kamal dalam hati.

Saat arah pandangan berada di sudut sebelah kanan. Terlihat seorang wanita berpakaian longgar dan memakai kerudung serba hitam menutup seluruh bagian tubuhnya. Hanya menampakkan wajah dan telapak tangan. Pakaian khas masyarakat sunni Irak.

Wanita berbadan gemuk itu meronta. Sebisa mungkin menangkis setiap pukulan yang ia terima. Pukulan dari seorang pengecut. Kenapa tidak berkelahi dengan sesama lelaki? Atau di atas ring? Kenapa harus dengan wanita setengah baya. Sebuah pertanyaan dalam hati.

Kamal mencoba memfokuskan mata. Sedikit susah. Jarak pandang yang terlampau jauh juga terbatasi oleh efek fatamorgana iklim gurun. Kamal sedikit mengernyitkan dahi. Setumpuk debu bergerak tak beraturan bak sebuah badai gurun. Dari arah yang sama nampak beberapa rentetan kendaraan perang dengan formasi yang sangat rapi.

Konvoi tersebut melewati tentara dan wanita setengah baya tersebut. Tentara sebentar menghentikan pukulan. Bergegas bersiap badan dan mengayuhkan telapak tangan ke atas pelipis mata sebelah kanan. Sebuah tanda hormat. Sedang ia membiarkan wanita tersebut menahan rasa sakit. Sebelum ini, jarang ia memperoleh pukulan. Bahkan dari suami sekalipun.

Tentara Amerika masih terjaga posisi hormat. Sekalipun kendaraan terakhir sudah terlewat. Sekarang mereka menuju ke arah Kamal. Mengetahui hal itu. Kembali ia merebahkan badan disamping tembok yang penuh lubang. Ia hanya berani mengintip dari salah satu lubang sebesar selongsong peluru.

Dengan jelas ia mampu melihat dan mengejanya, “U.S. ARMY”. Mereka adalah tentara “perdamaian” yang dikirim oleh pemerintah Amerika Serikat semasa presiden Bush jr. Mereka datang ke Irak dengan mengatasnamakan perdamaian dan isu terorisme. Konspirasi yang belum mampu dipahami oleh seorang bocah seusia Kamal.

Perlahan ia mulai mengatur nafas. Bermunajat untuk menghilangkan semua ketakutan.Setelah semuanya terkontrol, ia kembali melihat wanita setengah baya dan tentara tersebut dari tempat yang sama. Terrnyata tentara sudah memegang kuat-kuat tangan wanita tersebut. Ia memaksanya berjalan menuju suatu tempat dekat tempat Kamal sekarang.

Wajah wanita setengah baya tersebut perlahan mulai tergambar. Ia bukan Ummi. Ia ibu Sarah. Tetangga jauh dari keluarga Abdul, ayah Kamal. Sementara wajah Ummi Hafsa masih terimajinasi dengan indah. Kamal begitu rindu Ummi. Satu minggu sudah mereka saling berpisah.

Dengan hati-hati Kamal mengamati apa yang hendak diperbuat oleh tentara tersebut. Setelah sampai di depan sebuah ruko. 10 meter dari tempat Kamal. Ia menodongkan moncong senjata tepat di tengah dahi wanita tersebut. Intonasinya semakin keras sejalan dengan diamnya mulut ibu Sarah.

Dari apa yang Kamal dengar. Tentara tersebut rupanya mencari suami ibu Sarah, yaitu bapak Hamid. Ia salah satu tokoh masyarakat yang cukup berpengaruh di Fallujah. Menurut tentara tersebut, bapak Hamid telah mengupayakan serangan bom ke kantong pertahanan tentara Amerika.

Padahal, tak ada pedang yang keluar melainkan telah ada pedang milik lawan yang dikeluarkan terlebih dahulu. Serangan dari kelompok bapak Hamid tak akan terjadi jika tentara Amerika tak  menginjakkan kakinya di negeri ladang minyak tersebut. Itu hanya wujud penolakan atas kepongahan negara adidaya.


Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.