Sore tadi
(minggu, 4 mei 2014) aku mendapat beberapa hal menarik di Gramedia Pemuda, kota
Semarang. Biasanya aku kesana untuk sekedar membaca dan mengAutiskan diri dengan
membaca sinopsis setiap buku yang bercover menarik.
Namun, kali ini aku kesana
bukan karena hal monoton itu. Tetapi karena ada sebuah acara bedah buku yang
diselenggarakan oleh komunitas Turun Tangan Semarang dengan tajuk safari buku.
Buku yang dimaksud adalah buku “Melunasi Janji Kemerdekaan”.
Pembicara
ada tiga orang. Pertama adalah mbak Dian, seorang dosen USM dan juga salah
seorang relawan Turun Tangan Semarang. Kedua ada bapak Sapto. Seorang lelaki
uzur yang berprofesi sebagai seorang wartawan senior. Ketiga. Tentu ini yang
membuat kita terus menunggu. Muhammad Husnil. Penulis buku tersebut.
Buku
karangan Muhammad Husnil tersebut merupakan sebuah buku biografi seorang tokoh
muda Indonesia. Seorang rektor termuda di Indonesia. Ia menempati 500 tokoh
muslim berpengaruh di dunia, versi sebuah studi riset berbasis di negara
Yordania. Ia penggagas sebuah gerakan Indonesia Mengajar. Kemudian komunitas
Turun Tangan, yang bertagline, daripada urun angan dan lipat tangan, kita lebih
memilih turun tangan.
Yahhh, belum
disebutin. Hehe. Tentu kalian sudah hampir mengetahui sosok lelaki kelahiran
kuningan dan tumbuh kembang dikota Jogja tersebut. Ia bernama lengkap Anies
Rasyid Baswedan. Cucu AR Baswedan, pahlawan kemerdekaan pendiri Persatuan Arab
Indonesia, organisasi antar orang keturunan arab dengan satu tujuan, proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
***
Dari tiga
kata dalam judul buku tersebut, sudah mampu kita terka apa maksud dari seorang
emhusnil –sapaan akrab– mengarang buku biografi tersebut. Ia ingin menyampaikan
beberapa fakta-fakta menarik dari diri seorang Anies Baswedan. Dan yang paling
membuat saya teringat-ingat sampai saya menulis artikel ini adalah perihal
esensi dari sebuah kemerdekaan.
Anies adalah
seorang yang secara pendidikan telah mendapatkan segalanya hingga gelar Doktor
pun telah ia pegang. Selama ini ia merasa nyaman, tenteram dan aman untuk beraktifitas.
Ia juga merasa mendapatkan berbagai kecukupan, bahkan bisa dikatakan telah
mendapatkan berbagai kesejahteraan baik jasmani maupun rohani.
Kemudian ia
berfikir. Apakah yang telah ia dapatkan, dirasakan pula oleh semua orang
dipelosok nusantara?. Tidak perlu jauh-jauh. Bahkan, mereka yang dekat dengan
Anies (tetangga di kota Jogja) tak luput dari kekurangan keadaan. Seolah janji
kemerdekaan berupa terlindungi, tercerdaskan dan tersejahterakan oleh negara
hanya sebuah pepesan kosong. Tak dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia.
Oleh karena
itu, Anies mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bahu menbahu
bersama, turun tangan langsung untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan
yang bermunculan bak jamur dimusim dingin. Dan melupakan cara lama yang hanya
sekedar urun angan dan lipat tangan. Sudah saatnya turun tangan menyelesaikan
yang sudah seharusnya kita selesaikan. Ya, melalui tindakan nyata.
Karena
Indonesia bukan Anies. Anies juga tak akan mampu untuk menyelesaikannya
sendiri. Jika ia hendak menyelesaikannya sendiri, berarti ia bagian dari
masalah. Namun itu tak dilakukan oleh penggemar serial super hero The Avenger
tersebut. Ia terus berusaha mengajak semua orang yang masih memiliki kepedulian
dan optimis dengan nasib bangsa untuk sama-sama bekerja keras memperbaiki
bangsa. Semua dimulai dari hal kecil dan diri sendiri.
***
Yang telah berani
untuk berjanji tentu harus berani pula menepati. Terlindungi, tercerdaskan dan
tersejahterakan adalah hak tiap warga negara Indonesia. Dan yang memiliki
kewajiban untuk melakukannya bukan-lah pemerintah saja, namun setiap warga
negara yang masih memiliki kepedulian, terlebih mereka yang telah merasa terlindungi,
tercerdaskan dan tersejahterakan.
Salam dari
kawan Relawan Turun Tangan kota Semarang, Jawa Tengah. Salam.
Penulis Buku Melunasi Janji Kemerdekaan, Muhammad Husnil bisa dikepo-in di blog pribadi.