Cuaca diluar
ruangan sedang tak bersahabat. Hujan turun begitu lebat. Udara dingin terasa
menembus mantel tebal motif kulit harimau.
Didalam ruangan seluas pendopo rumah
adat suku jawa, lima anak muda sedang berbincang ramah. Ditemani secangkir kopi
hangat.
Mereka saling membincangkan hal yang tak biasa diperbincangkan oleh
orang biasa kebanyakan. Berapa orang yang berani membincangkan Tuhan?
Salah
seorang mereka, sebut ia orang pertama. Berbadan kurus, berambut ikal hitam
lebat melempar kata. “Tuhanku pasti melindungiku”.
Orang kedua,
berbadan cukup gempal, memakai sweater hitam menanggapi, “Tuhanku juga”.
Kemudian salah seorang dari mereka, anak muda usia 25 tahunan, orang ketiga, ia
berkata, “Tuhan
kalian beda, karena kalian beribadah dibeda tempat.”
Kemudian ia
melempar tanya, “karena berbeda, bagaimana cara kalian melihat Tuhan? Apa
pernah kalian menyentuhnya? sehingga kalian mempercayai-Nya”
Orang
pertama dan kedua kemudian termenung.
Orang
keempat, seorang mahasiswa ber-IPK cumlaude bingung dan hanya menggelengkan
kepala. Hingga orang ketiga kembali menegaskan argumennya.
“kenapa
kalian bingung? Kalau kalian belum pernah melihat Tuhan. Belum pernah menyentuh
Tuhan. Bagaimana bisa kalian mempercayai sesuatu yang belum jelas wujudnya?”
Sejenak
suasana menjadi sangat tegang.
Hingga orang
kelima memberanikan diri mengeluarkan pendapat. Orang kelima sebenarnya
pendiam, namun terkenal cerdas dan rajin dalam bekerja. Ia juga seorang
visioner dan religius.
Kemudian ia
menjawab dengan cara menanyai balik orang ketiga tersebut, “Saya belum
pernah melihat otak anda. Saya juga belum pernah menyentuhnya. Apakah berarti
otak anda itu tidak ada?”
Hening.
Semua
terdiam dan merenung sejenak.
***
Renungkan.
Kita belum melihat dan menyentuh Tuhan bukan berarti tidak
ada eksistensi Tuhan. Lantas bagaimana kita melihat dan bagaimana kita bisa
meyakini eksistensi Tuhan?
Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia. Ia berfirman, “tak
mungkin bagimu untuk melihatKu”
Maka, lihat-lah alam sekitarmu. Tersebar banyak sekali keajaiban
yang tak mungkin terjawab oleh manusia.
Contoh.
Firman Tuhan yang turun di suatu masa ketika orang bepergian
dengan kuda dan unta. Belum ada semen, hanya tumpukan batu untuk membuat rumah.
Saat itu Tuhan sudah mengabarkan suatu berita besar, yaitu tentang bagaimana manusia diciptakan.
Ia menjelaskan, bahwa manusia berasal dari air mani, menjadi
segumpal darah. Kemudian ia menjadi segumpal daging. Lalu segumpal daging itu
dijadikan tulang belulang. Dari tulang belulang itu kemudian dibungkus dengan
daging dan akhirnya membentuk suatu makhluk yang baru.
Mikroskop saat itu belum ada, bahkan lensa-pun belum ada
cikal bakal-nya. Bahkan, zat kimia untuk bahan obat modern belum terbersit dibenak
praktisi kesehatan. Akan tetapi Tuhan telah menyampaikan suatu hal yang baru
bisa di ketahui 1400 tahun setelahnya.
Itu baru satu ayat dalam satu surah. Belum lagi ribuan ayat
dalam 114 surah lainnya. Seperti Planet dan benda langit yang beredar menurut
garis edar. Dua laut yang berair asin dan tawar sehingga tak mungkin bersatu.
Fenomena hujan yang berasal dari tumbukan awan. Fakta piramida mesir yang
terbuat dari tanah liat yang dibakar. Sampai kepada penyelamatan jasad Fir’aun
yang ditenggelamkan dilaut merah. Dan sejuta fakta lainnya.
Why we still deny? Ask your self. I’m sorry. I mean,,, my
self.
sekian dan semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment