Sunday, 13 July 2014

Gaza, dosa seorang Jurnalis

Posted By: Unknown - 7:14 am

Share

& Comment


Beberapa hari ini militer Zionis melakukan serangan secara besar-besaran ke Gaza, Palestina. Mereka berdalih ingin melumpuhkan pergerakan pejuang HAMAS. Namun, kenyataannya hampir kesemua korban adalah anak-anak dan perempuan. Kejadian ini-pun mendapat kecaman keras dari berbagai pihak.

Hingga perdana menteri Palestina, Ismail Haniya berujar “Israel hendak menghapus bangsa palestina.” Aneh. Praktek genosida didunia modern. Disaat United Nation –PBB– menggelorakan semangat Human Right –HAM– ke seluruh masyarakat dunia. Ternyata. Tak berlaku untuk bangsa Palestina.

Idealnya, suatu pertempuran bisa disebut “perang” atau “war” apabila di kedua belah pihak sama-sama memiliki kekuatan militer. Seperti, perang antara Inggris vs Jerman. Namun, pertempuran antara apache, pesawat drone, tank merkava, snipper, nuklir Zionis melawan kepalan tangan, lemparan batu dan rudal balistik jarak dekat pejuang Palestina, tidak lah seimbang, dan itu tak bisa disebut sebagai perang, itu adalah pembunuhan atau “murder”. Dan dunia mengutuk hal tersebut.

Gempuran beberapa hari ini hanya-lah sebuah puncak penderitaan. Taukah kita, sebelum gempuran agresi tersebut berlangsung, penderitaan mereka juga tak kalah menyedihkan. Kebutuhan pokok seperti air dan listrik mereka masih belum mampu mandiri. Blokade dalam beberapa tahun telah menyiksa mereka. Satu-satunya pintu terhadap dunia luar, yaitu Rafah,  tak jarang ditutup oleh militer mesir.

Jutaan kisah masih tersimpan dibumi Palestina.

Namun, jika melihat jauh kebelakang, ternyata “kesuksesan” Zionis mendirikan negara kuat bernama Israel tak sesebentar yang kita sangka-kan. Bermula di akhir tahun 1896. Saat seorang jurnalis koran yang berbasis di Vienna, Austria, yaitu Vienna Neue Freie Presse, Theodor Herzl, membuat sebuah pamplet berjudul Der Judenstadt (Negara Yahudi). Ini-lah pijakan awal dari terbentuknya sebuah negara khusus Yahudi.

Theodor Herzl

Untuk menguatkan gagasan tersebut, Herzl secara masif menggalang dukungan dan menyerukan-nya kepada segenap penganut Yahudi yang hidup diberbagai negara terutama dibenua Eropa. Herzl juga  yang pertama-tama memprakarsai berdirinya organisasi-organisasi rahasia bawah tanah –underground- yang bertujuan memuluskan ambisi pembentukan negeri Yahudi.

Walau belum terlalu mendapatkan respon positif pada awal perjalanannya. Setahun berselang, sebuah momentum menentukan terjadi. Pada 1897, melalui sebuah kongres di Basel, Swiss, berdirilah organisasi Zionisme Internasional. Dan melahirkan sebuah skenario besar yang termaklumat dalam sebuah dokumen rahasia bernama Protocol of Zion. Dalam Protocol tersebut terdapat sebuah poin penting, yaitu pendirian negara Yahudi di bumi Palestina.

Pada saat itu, Palestina masih dibawah kekuasaan Kekhalifahan Turki Utsmani (Ottoman). Sehingga untuk mewujudkan negara Yahudi di tanah Palestina, Zionisme Internasional mencoba melobi Sultan Abdul Hamid II –khalifah Ottoman– dengan mengiming-imingi sultan harta benda, emas dan pelunasan hutang. Namun, Sultan menolak dengan mengatakan, “Palestina bukan milik Ottoman. Palestina adalah tanah suci milik umat islam. Jadi, tak mungkin bagi saya untuk menjualnya.”

Wafat

Herzl wafat diusia 44 tahun pada 3 Juli 1904. Ia meninggal sebelum menyaksikan terwujudnya cita-cita Herzl untuk mendirikan negara Yahudi, yang baru terealisasikan pada 1949. Melalui perjanjian Balfour yang dibuat oleh Britania Raya, selaku penjajah Palestina usai perang dunia II.

Itulah sedikit cerita dari Theodor Herzl, seorang jurnalis perumus dan pemprakarsa organisasi Zionisme dan yang pertama-tama aktif secara langsung. Lihatlah. Bagaimana cerdas-nya seorang jurnalis. Memang terkesan sepele, hanya tulisan. Tetapi Herzl mampu mengajarkan kepada kita bahwa tulisan seorang yang memiliki cita-cita dan kemauan, ternyata itulah yang mengawali suatu perubahan besar dalam peta geopolitik di timur tengah.

Ternyata, konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel dengan bumbu-bumbu politik, ekonomi, kemanusiaan bahkan corak agama, itu semua berpijak pada sebuah karya seorang jurnalis. Maka, perlu kehati-hatian dalam merumuskan sebuah pemikiran.



About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.