Perhatikan foto dibawah ini :
( Relawan geodet berbagi sedang membagi nasi ke seorang bapak-bapak) |
***
Foto diatas adalah hasil dokumentasi komunitas Geodet Berbagi.
Wajah wajah diatas kadang muncul di akun official Geodet Berbagi baik Facebook
maupun Twitter. Dan dilihat oleh banyak teman ataupun follower. Terkadang, ada
saja yang mengatakan,
“aku sebenernya pengen ikutan berbagi nasi, tapi aku takut
riya’ kalo difoto-foto.”
Simpel aja sih, kalau misalnya takut riya’ mungkin bisa
meminta seksi dokumentasi untuk tidak me-share foto yang menampakkan dirinya
sedang membagi nasi. Simpel. Tapi masih bisa ikutan kan! Hehe.
Pertanyaannya, bagi “model” Geodet Berbagi, bagaimana caranya untuk
mengatasi sifat Riya’ tersebut? Padahal mereka “dipaksa” tampil di depan layar agar
kegiatan Geodet Berbagi mampu dilihat, dipantau dan syukur-syukur mampu menginspirasi
orang banyak. Berikut pendapat saya.
Sebelumnya, Riya’, suatu sifat/niat dalam hati untuk
melakukan sesuatu kebaikan dengan maksud agar ia dipuji oleh orang lain. Agar
ia disanjung dan agar memperoleh kedudukan. Dalam perspektif agama islam, baik
tidaknya perbuatan dihitung berdasarkan niat. Innamal A’malu Binniat. Jika niat
kita untuk memperoleh balasan dariNya, maka itu dianjurkan. Namun, jika kita
mengharapkan selain balasanNya. Maka itu disebut Riya’.
Dan Riya’ adalah termasuk Syirik kecil. Wow, Riya’ hampir
setara Syirik (menduakan Tuhan), dosa yang sangat besar yang tak akan diampuni
olehNya. Wajar saja kalau banyak orang yang mewaspadai diri agar tak
terjangkiti Riya’. Celakanya orang-orang terlalu takut terhadap Riya’ sehingga
menghalanginya untuk berbuat baik. Padahal, berbuat baik adalah suatu kewajiban.
“Kalian harus mewaspadai Riya’. Tapi jangan sampai itu menghalangi kalian dari berbuat baik.”
Jadi, kita tidak boleh menunda keinginan untuk berbuat baik
karena takut Riya’. Riya’ adalah sifat manusia yang sangat susah untuk
dihilangkan. Bahkan, ulama pun tak lepas dari sifat tersebut. Namun, ukuran
besar kecilnya mungkin tak sebesar yang kita miliki.
Bukan hanya sebelum berbuat, ketika berbuat atau bahkan ketika
selesai berbuat baik pun Riya’ akan selalu menghinggapi hati kita. Saran ulama
adalah lakukan saja perbuatan baik anda. Jika setiap kapan saja anda takut Riya’,
maka ingatlah Allah. Allah pasti tak mensia-siakan amal manusia. Berbaik
sangka-lah terhadapNya, maka ia akan berbaik sangka pula dengan kita.
Jadi, lakukan saja perbuatan baik anda, jika kapan saja anda
merasa terjangkiti Riya’, maka langsung saja anda mengingat Allah, Insha Allah Ia
akan membimbing hati anda terhadap kemantapan. Dan yang terpenting adalah
jangan sampai perasaan takut Riya’ mampu mengalahkan niatan baik anda untuk
berbuat baik.
Maaf kalau ada salah kata.
Masih belum yakin?
Ada tips menarik dari Alim Ulama.
Lakukan sedekah dengan diam-diam (tak terlihat
seorangpun). Dengan kadar lebih besar daripada sedekah yang anda perlihatkan
(terang-terangan). Jadi, bagi kalian, para “model” komunitas sosial apapun. Ketika
anda di foto dan di share dimana-mana, padahal anda sedang berbuat baik,
janganlah takut, itu bukan Riya’ insha allah. Jika niat anda adalah benar-benar karenaNya, agar mampu
menginspirasi orang lain atau sebagai sebuah ajakan kepada orang lain untuk
berbuat baik.
Kindness is fun.
2 comments:
saya setuju dengan artikel ini. tidak jadi berbagi karena takut riya' itu justru riya' juga. ya gak? karena kita tidak jadi melakukan perbuatan karena persepsi orang lain. Padahal apapun yg kita lakukan adalah karena Dia. jadi berdasarkan persepsi "DIA" bukan persepsi "dia-dia-dia". hehe. Dilihat ataupun tidak oleh orang, tetap berbagi. yang penting luruskan niat. :)
iya bener mbak, innamal 'amalu binniat, perbuatan baik itu tergantung pada niat personalnya.
Post a Comment