Terus terang aku lupa
tanggal berapa pertama kali tuhan mempertemukan aku dengan dirimu. Yang aku
ingat, saat itu aku membawa sebuah formulir database
titipan Sekjen PPMI DK Semarang. Semua LPM Fakultas yang ada di Undip aku beri
satu persatu, tak terkecuali LPM di Fakultasmu.
Pukul 16.30, setelah
menunggu hampir setengah jam di ruang tunggu gedung dekanat Fakultas, dengan
senyum manis dan sapaan hangat kita berjumpa untuk pertama kali. Kala itu
perasaan senang langsung mencuat, ternyata ia seorang muslimah cantik.
Tak seperti biasanya
memang, saat pertama mengirim pesan tak terbersit didalam pikiran untuk
berharap bahwa seseorang bernama billa adalah seorang wanita cantik dan anggun.
Hal itu baru aku sadari betul ketika pertemuan kedua di tempat yang sama untuk
megambil formulir yang kemarin aku titipkan.
Pertemuan ketiga, aku
masih terlalu ingat, saat berjumpa walau tak sampai satu menit. Subhanallah,
jarang aku bertemu wanita yang semakin lama dan sering berjumpa terlihat
semakin mempesona. Tak hanya pandangan pertama, pandangan kedua, ketiga dan mungkin
seterusnya.
Dalam cerita singkat
ini, bukan bagaimana kita berjumpa sampai bagaimana kondisi perasaan di relung
hati yang ingin aku tuangkan. Akan tetapi bagaimana seorang wartawan muda yang
penuh bercak dosa memahami perasaan hati yang busuk karena memikirkan suatu
ketidakpastian. Memang diriku bau, tetapi aku yakin sebusuk – busuknya bau
bantar gebang masih bermanfaat juga bagi segelintir orang.
Singkat cerita,
perasaan “galau” yang sekian lama dalam catatan kehidupan tak pernah ku rasa,
akhirnya menjangkiti perasaan dan fikiranku. Beberapa saat lalu sempat perasaan
gundah memuncak dan hanya ingin memikirkan dirimu, Astaghfirullah. Dirimu
terlalu mengganggu fokus kuliah dan ibadahku, itu yang aku sangat sesalkan.
Tetapi itu mungkin yang
namanya cinta, aku tak mau menyesali dan menghakimi diri yang hina. Sebagai
seorang muslim, berbohong adalah dosa besar, jujur disini aku tulis aku
berharap kamu jodohku. Tetapi, melihat realita yang ada, tanpa menafikkan bahwa
jodoh di tangan Alloh, dirimu memang terlalu wangi.
Serba salah ternyata,
saat awal jumpa rasanya ingin menjadikan dirimu sebagai pendamping. Tetapi,
setelah lebih mengenal malah hati kecil berbicara bahwa dirimu terlalu muslimah
untukku. Entah itu firasat hati ataukah bisikan syetan, sampai saat ini aku
masih merasa kurang pantas dan terlalu rendah untuk menggapaimu.
Merusak tali
silaturahmi memang tidak diperbolehkan, tetapi jika hamba sering bertemu dia
hamba semakin jatuh cinta ya Rab. Sedang hamba ialah seorang yang berangan
besar. Maaf kan lah hamba yang tak bisa bersyukur dan sempat berburuk sangka
jika Engkau terlalu cepat memperlihatkan seorang bidadari walau ini belum di
surga. Astaghfirullah, maaf ya Alloh.
Anggap saja galau ku
tadi adalah akumulasi kelemahan iman yang tak sempat aku perbaiki. Segala
kebenaran datang dariMu dan segala perasaan salah pasti datang dariku yang tak
mampu memahami kebenaran yang secara jelas Engkau paparkan. Tetapi ada sebuah
nilai Hikmah yang aku dapatkan, aku jadi lebih mengerti wanita seperti apa yang
seharusnya aku perjuangkan tanpa ada toleransi sebagai wanita seumur hidupku.
Dari dirimulah aku
semakin memahami betapa cantiknya seorang muslimah. Ya Rab, semoga wanita yang
akan aku dapatkan ialah wanita yang solehah, cantik, berhijab yang seharusnya, bertutur
kata dan bersikap yang bersahaja dan pandai menempatkan diri seperti billa.
Amin ya Rab.
( ditulis langsung oleh Wahyu, dalam kondisi seperti biasa, lemah iman dan perasaan busuk di dalam hati dan fikiran ) _ semoga kita sempat memahami dosa kita semua
0 comments:
Post a Comment