Saturday, 22 February 2014

Selagi Mampu Menyesal

Posted By: Unknown - 10:01 pm

Share

& Comment

Sebuah Renungan Islami.

Penyesalan memang menyakitkan. Itu aku rasakan setelah menerima kenyataan pertama kali mendapat nilai D sepanjang kuliah di kampus Geodesi Undip. Mau tak mau harus perbaikan di semester 9. Karena ada syarat yang tidak memperbolehkan sidang skripsi sebelum semua mata kuliah wajib diselesaikan, maka sidang hasil skripsi baru bisa aku lakukan di semester 10, lebih dua semester dari yang telah aku perkirakan.

Sebenernya segala usaha sudah ditempuh. Dosen sudah kita bujuk untuk memberikan remidi UAS ataupun nilai tugas. Hingga keinginan kami disampaikan saat sidang yudisium, pihak jurusan sepakat untuk menolak permohonan kami. Mendengar hal tersebut, lantas kami meminta maaf kepada orang tua kami masing-masing.

Sedih. Pasti. Menyerah. Tidak. Karena masih ada 1000 jalan menuju Roma. Masih ada kisah 1001 malam yang harus kita lewati. Jalan menuju kesuksesan bercabang begitu banyak, walau berujung pada satu tujuan. Buntu di salah satu jalan, melompat ke sisi yang lain. Dan setiap jalan memiliki keunikan kisah masing-masing.

Ingat!. Kita hanya perencana, sedang Tuhan adalah penentu. Yang menurut kita baik, belum tentu baik pula menurut-Nya. Tidak jarang, apa yang tidak kita sukai, justru itulah yang terbaik untuk kita. Selama matahari belum terbit dari barat dan nyawa masih menempel di kerongkongan, selama itu pula harapan akan tetap mengalir bersandingan disetiap usaha.

Yang sempat terbersit didalam benak saya adalah, bagaimana kalau penyesalan yang saya rasakan ini saya rasakan kembali di suatu masa ketika harapan itu tak lagi ada. Setiap kesempatan sudah kembali kepangkuan ilahi.  Hingga tak lagi tersisa, meskipun satu puing kesempatan.

Disana tiada tempat bernaung, tidak ada lagi tempat untuk berlari, apalagi bersembunyi, dan tak seorangpun mampu menolong kita. Sapi tak lagi menyusui anaknya, emas permata ditanggalkan, bahkan seorang istri tak lagi memikirkan suaminya. Semua orang sibuk terhadap urusan masing-masing.

Saat itu tak adalagi rerumputan hijau, padi menguning, bukit, bahkan gundukan tanah pun tak ada. Semuanya datar bak sebuah lembar kertas bercorak padang pasir yang terbentang jauh sepanjang mata memandang. Kata orang bijak, tempat itu bernama padang mahsyar. Tempat umat manusia pertama sampai terakhir dibangkitkan.

Nuh berkumpul dengan ummat satu bahtera, begitu pula dengan Ibrahim, dan Yakub beserta bani Israil, hingga sebuah bendera hijau milik Muhammad beserta ummatnya. Ketika nabi berseru kepada ummat, hanya mereka yang di dunia mengindahkan suara panggilan (baca: Adzan) yang mampu mendengar seruannya. Saat itulah semua yang kita lakukan didunia akan di tampakkan. Hanya mereka yang pandai menjaga aib orang lain semasa di dunia yang akan dijaga aibnya.

Saat itu tak ada lagi penangguhan. Kita sudah tidak ditanya tentang dosa kita, tapi langsung dibalas setimpal tanpa sedikitpun dirugikan, sebagaimana firmanNya dalam surah Ar-Rahman, surah ke 55. Yang kita dapati hanya yang telah kita usahakan di dunia. Bagaimana kita harus menghadapinya? Kalau jelek, apakah ada remidi? Jawabannya tentu tidak ada, karena di sana adalah akhirat, air mata tak ada guna.

Jika penyesalan di dunia saja sudah menyesakkan hati. Itupun masih ada harapan dan waktu serta kesempatan untuk memperbaikinya. Bagaimana kalau waktu kesempatan itu sudah ditutup? Tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali menerima apa yang telah kita usahakan. Oke kalau baik, kalau ternyata buruk? Tentu menjadi pertanyaan besar buat kita.

Jika tidak ingin menyesalinya, maka berfikir jernih lah mulai dari sekarang. Berfikir lah tentang kebaikan sepanjang umur singkat yang diberikan-Nya untuk kita. Bukan menakuti, hanya memperingatkan. Bukan mengarang, namun menyampaikan. Karena itu memang  benar adanya.

Harapan masih ada! Imam Mahdi masih kita tunggu kehadirannya, bukan untuk menindas kaum lain agama, namun hanya menegakkan kebenaran dibumi Allah. Tak ada paksaan dalam beragama, namun kebenaran perlu dipaksakan.

Tetap berfikir jernih! Dan begitu seterusnya!

Ingat! Berfikir jernih!

Berfikir jernih!

Jernih!

Jernih!


Jannah…


About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.