Tanggal 10 November 2010, bertepatan dengan hari pahlawan,
Anies Baswedan melepas pengajar muda angkatan pertama di bandara
Soekarno-Hatta. Di bandara bernama bapak pendiri bangsa itulah, pemuda pemudi
terbaik secara nyata memenuhi sebuah janji pengabdian. Melalui Indonesia Mengajar, pengajar muda berjuang selama satu tahun mendidik anak bangsa di
berbagai pelosok nusantara.
Tak terasa empat tahun berlalu, sekarang pengajar muda
angkatan ketujuh sudah mengabdikan diri di berbagai pelosok negeri. Mereka yang
rela melepas pekerjaan, maupun yang baru selesai menempuh sarjana, sama saja. Hanya
ketulusan dan kesadaran yang membawa mereka. “relawan tidak dinilai bukan
karena tak berharga, namun tak ternilai” Anies Baswedan –Rektor termuda
Indonesia–.
Mendidik adalah kewajiban setiap mereka yang terdidik. Sudah
menjadi tanggung jawab kita dalam mencerdaskan seluruh anak bangsa, tanpa
kecuali. Medan berat bukan halangan, namun tantangan yang hanya mampu dihadapi
oleh mereka yang terpilih. Mereka adalah orang terdidik, dan orang terdidik itu
adalah kita.
Beranjak dari semangat Indonesia Mengajar, sudah sewajarnya
Geodet muda mampu memberikan lebih dari sekedar predikat orang terdidik.
Saatnya kita memberikan sedikit dari apa yang telah kita miliki. Ilmu adalah
suatu hal yang berharga, sekecil apapun itu, tapi ilmu akan menjaga diri kita.
Masih ingat lagu bagimu negeri? Bagimu negeri kami mengabdi. Berhenti hanya
berfikir, mulai dari sekarang saatnya kita bertindak nyata.
Kita harus mengajar ke daerah pelosok batang, pekalongan,
atau kabupaten terpencil lainnya! Enggak. Ini bukan kuliah kerja nyata ya. Yang
akan kita lakukan hanya simpel. Sesimpel berbagi nasi kah? Iya. Tak harus satu
tahun kita mengabdi di daerah pelosok. Mungkin bisa kita mulai dari hal kecil.
Kalau harus ada judul, mungkin akan berbunyi “Belajar Bersama”.
Apa itu “Belajar Bersama”?. Belajar bersama merupakan suatu
kegiatan belajar bersama yang diikuti oleh beberapa anak-anak, bisa PAUD, SD,
SMP, maupun SMA. Kegiatan berlangsung selama satu hari dalam satu minggu dan
tempatnya pun menyesuaikan, bisa di rumah kades, lurah, balai desa, ataupun
rumah warga yang memiliki space cukup luas. Disanalah Geodet Muda berperan
laiknya Pengajar Muda dalam program Indonesia Mengajar.
Secara teknis semua bisa diatur. Karena kemudahan akan
diberikan kepada mereka yang memiliki kemauan. Apalagi bernilai suatu kebaikan,
bahkan, mungkin saja akan membuka kebaikan yang selama ini masih belum
diperlihatkan oleh Tuhan yang maha Esa. Mari kita mulai secepatnya. Oke. Pertengahan
bulan Maret mungkin bisa kita mulai. Sasaran bisa kita mulai dari sekitar
Tembalang. Mengingat akses dan jarak yang tak terlampau jauh.
Hanya satu hari dalam satu minggu. Tiga jam dalam 168 jam
waktu kita. Kita luangkan waktu rehat kita untuk menemani adik-adik manis yang
masih semangat belajar. Hanya mengajar saja, tidak usah kita melihat IPK. Kadang
tak hanya ilmu alam yang mereka butuhkan, ingat!, pemahaman mental dan emosi
turut menentukan maju tidaknya sebuah generasi.
Tuhan tidak menciptakan kita untuk menjadi seorang Sarjana,
itu hanya sarana kita untuk melakukan kebaikan, esensi dari diciptakannya kita
oleh-Nya. Jadilah seperti Habibie, seorang ber-integritas di mata bangsa, murni
karena ketulusan jiwa, bukan dibeli oleh kedudukan dan harta. Beliau juara
rakyat, lebih dari sekedar peraih medali emas.
Dokumentasi Indonesia Mengajar |
1 comments:
Setuju ndan, tapi sekedar opini nih,
mengajar yang baik tuh ga sekedar mengajar 1+1 = 2, tapi kenapa bisa 2? bukan 3 ato 4?
dan cara menyampaikan materi yang benar tuh butuh skill tersendiri tun,
terlebih lagi buat adik-adik kelas 1 atau 2 SD butuh cara penyampaian yang berbeda, #pengalaman KKN :P
Sapa tau di trit selanjutnya bisa dibahas
semangat ndan :)
Post a Comment