*

*
Powered by Blogger.

Sunday, 30 March 2014

Forum Akhlak Mulia

Posted By: Unknown - 9:27 pm
Assalaamu’alaikum Warrahmatullahi Wabbarakatuh

Uda nggak kerasa sudah menginjak semester delapan. Sebentar lagi bakal ada anak geodesi 2010 yang menerima toga wisuda di gedung Soedarto. Senang sekali rasanya. Mengumbar senyum bahagia bersama teman-teman seperjuangan. Terlebih ada dua makhluk bernama ayah dan ibu yang duduk menyaksikan, terkadang mereka menangis saking bangganya.

Mungkin semua orang tua akan bangga saat melihat anak mereka wisuda, mendapatkan kerjaan layak dan menjadi seorang yang sukses. Setiap bulan memberikan uang kiriman dan balik kampung membawa buah tangan mewah. Orang tua mana yang tidak bangga?, seakan mereka orang paling beruntung di dunia ini. Membesarkan anak dan berhasil memberikan pelajaran berharga akan nilai-nilai berbakti kepada orang tua.

Percayalah. Uang seberapapun nominal-nya nggak akan mampu menggantikan jasa dan kasih sayang mereka. Sembilan bulan mengandung, mau ngapa-ngapain susah, saking beratnya kadang ibu sampai berkeringat walau sekedar berjalan. Tapi, ia tak mengeluh sedikit-pun. Ayah, setia mendampingi ibu dalam susah dan senang. Bukan dirinya sendiri, ibu dan kita-lah yang ada dalam benak ayah saat bekerja. Sekeras apapun, ia sudah tentu bersiap badan.

Susah-kah menjadi anak yang baik? Tentu tidak. Tapi terkadang kita kurang peka terhadap apa yang orang tua kita inginkan. Terkadang kita lalai akan mendo’akan mereka dalam bait untaian do’a. Terkadang kita mengucap “ah” terhadap pinta-nya. Memang manusia makhluk yang tidak pandai bersyukur. Coba kalian jawab, sudahkah kita membahagiakan orang tua kita? Bukan nominal, jauh lebih berharga adalah akhlak (perilaku) terpuji dalam diri kita.



Banyak jalan untuk memperbaiki diri sendiri. Tetapi, tentu akan jauh lebih mudah jika itu kita lakukan secara bersama-sama. Karena demikian, kita akan saling mengingatkan satu sama lain. Saling menasihati. Dengan sebab itu pula, sudah saat-nya kita membuat forum akhlak mulia. Forum ini dikhususkan untuk teman satu angkatan yang beragama Islam. Karena pendekatan kami dari segi pendidikan moral agama.

Pertemuan perdana akan dilangsungkan hari Jum’at, 4 April 2014. Bertempat di masjid kampus Undip. Forum Akhlak Mulia bersifat semi formalitas, karena disini temen-temen bebas sharing sepuasnya. Seberapa-pun pesertanya, InshaAllah kita akan tetap berjalan. Pembicara adalah peserta itu sendiri. Untuk menjaga kualitas ilmu, kita akan membaca sebuah buku pegangan (sementara buku Shahih Bukhari).

“Bagi saya pribadi. Itu jauh lebih berharga daripada hanya berbincang tanpa ada kesan dan makna. Bercanda boleh, namun, jika berlebihan akan mematikan perasaan dan nurani kita. Hingga kita tak peduli dengan nasib orang disekitar kita.”

Kita sama-sama memiliki orang tua hebat. Itu pasti. Kita akan menjadi anak hebat (sholih) jika mampu membahagiakan mereka. Tak sekedar gelar sarjana, jabatan, dan nominal harta. Namun juga sikap dan perilaku kita yang terpuji dan jauh dari keburukan. Mari, sama-sama kita wujudkan mimpi itu di Forum Akhlak Mulia.

Semoga Allah SWT memudahkan setiap upaya makhluknya dalam meraih hidayah. Dan Allah akan memudahkan jalan kita menuju jalan kebaikan (surga). Aamiin.

Wallahu ‘alam. 


Monday, 24 March 2014

Guru Semanis Gula

Posted By: Unknown - 1:42 pm
Semasa kanak-kanak, saya hanya mengenal Gula sebagai suatu hal yang manis. Seiring waktu berjalan dan mulai memahami indah dunia, Gula tak lagi mampu menyatakan bahwa hanya dirinya saja yang manis. Setidaknya itu yang saya rasakan. Pengalaman mengais ilmu di kota gudeg beberapa waktu lalu mampu mengubah persepsi saya mengenai persepsi manis itu sendiri.

Hari ketiga training software surveying di PT. Frasta Education Training Centre berasa berbeda dari hari sebelumnya. Keenam kawanku mungkin biasa saja menyambut hari itu. Tapi tidak dengan diriku. Aku menyambutnya dengan penuh harap. Tak sabar rasanya. Menuntut ilmu kepada perempuan yang menurutku pantas untuk aku idamkan. Setidaknya sampai tulisan ini selesai aku buat.

Wajahnya oval, bibir paruh burung lembut, terlihat manis saat tersenyum. Tak sedikitpun bedak yang menempel diwajahnya. Cerah dan begitu alami. Yang selalu aku ingat, sebuah bros berbentuk bunga matahari ia hiaskan di depan pundak sebelah kiri. Mengikat kain kerudung lebar berwarna kuning nan indah.

Hari itu ia nampak anggun memakai baju lengan panjang warna coklat muda bermotif bunga. Tak bergitu longgar, namun tak memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ia pandai menyingkap aurat. Mahkota paling berharga. Rok panjang perpaduan warna kuning, merah dan sedikit garis coklat menyempurnakan penampilan. Sepatu sandal warna hijau tua menemani setiap inchi langkah anggun.

Gaya bicaranya lembut, seperti perempuan jawa kebanyakan. Walau kurang keras, namun begitu mendengung digendang telinga. Merdu seperti melodi. Jarang ia terlihat serius. Lebih banyak senyum dan tertawa walau kadang hanya sesimpul. Terbayang jika suatu saat sudah bekerja dan kembali kerumah, melihat istri tersenyum simpul semanis dirinya, pasti hilang semua beban, walau menumpuk sebesar Brontosaurus.

Ia lulusan Diploma UGM, Jurusan sama dengan diriku, Geodesi. Pintar sudah pasti. Pelatihan software Surpac mudah ia paparkan. Kami juga mudah mengerti. Kurang apa coba? Cantik iya, Pinter iya. Walau kurang mengerti seperti apa kepribadiannya. Paling tidak, apa yang nampak sudah mampu memperlihatkannya. Pakaian yang anggun namun tak melanggar aturan agama cukup mengatakan bahwa ia seorang yang patuh terhadap aturan, terutama aturan agama yang ia yakini.

Ingin rasanya menulis lebih banyak tentang dirinya. Namun, hanya sebentar saja diriku bertegur sapa. Itupun sebatas formalitas trainer dan peserta. Terlebih, setelah tahu dia sudah menikah, baru beberapa bulan yang lalu, oktober kalau tidak salah dengar.

Saat ia mengatakan, saya sudah menikah beberapa bulan lalu,  aku lantas berfikir dalam, “andaikan aku yang jadi suaminya!” hahaha. Tapi itu nggak boleh aku lakukan, walau hanya sebatas alam khayal. Itu pasti datang dari setan. Sudah saya buang saat itu juga.

Namanya Widya, lengkapnya aku tak tahu. Ia angkatan 2008, berumur dua tahun lebih diatasku. Semoga ia bahagia bersama keluarga yang baru ia bina. Kalau aku bisa bertemu suaminya, aku mau bilang, ”anda orang beruntung.” Semoga suatu saat aku mengalami nasib yang jauh lebih beruntung dari suami mbak Widya.

Aamiin.

Andai semua guru itu manis dan bersahaja. Andai saja.

Sunday, 9 March 2014

Hafalan Shalat Delisa

Posted By: Unknown - 9:18 pm
Bagi kalian yang sangat rindu akan sentuhan Ilahi, tak salah jika membaca buku Hafalan Shalat Delisa. Bahasa sastrawi nan indah dipadu padan untaian nilai religi penuh makna. Nama Tere Liye tak setenar ustadz Yusuf Mansur, namun kedalaman makna tiap fase cerita mengandaikan pembaca bahwa penulis sama halnya juru dakwah. Sastrawi nan menyentuh.

Cerita terpusat pada sang tokoh utama, seorang anak kecil umur 6 tahun dan hafalan shalatnya. Namanya Alisa Delisa, anak bungsu 4 bersaudara keluarga Abi Usman dan Ummi Salamah. Latar cerita berada disebuah kota pesisir utara laut Sumatra bernama Lhok Nga. Kota dengan sejuta keindahan, semilir angin berhembus disore hari, sebuah lapangan sepakbola dibibir pantai pasir putih, tempat delisa bermain sepakbola dengan teman laki-lakinya.

Delisa memiliki kakak yang menyukai sastra, namanya Alisa Fatimah. Setelah Cut Fatimah, lahir dua kakak kembar Delisa, yaitu Alisa Zahra dan Alisa Aisyah. Walau kembar namun sangat berbeda peringai, Cut Zahra orangnya pendiam namun kaya ide, sedang Cut Aisyah orangnya usil, tak ada hari tanpa menjahili Delisa. Sampai sampai Delisa mengadu ke Ummi ketika kak Aisyah tak mau berhenti menggoda adiknya.

Sebuah kalung emas dengan huruf D untuk Delisa. Menjadi hadiah dari Ummi jika Delisa mampu menyelesaikan hafalan shalat dan tidak kebalik-balik seperti beberapa waktu lalu. Delisa dengan penuh semangat menghafal hingga tiba saatnya ia diuji oleh ibu guru Nur, apakah Delisa mampu menghafal bacaan atau tidak. Pada bagian ini lah yang membuat saya mencucurkan air mata, Tere Liye menceritakan kisah nyata Delisa ini dengan sangat detail dan penuh penghayatan nurani.

Bagaimana tiap gerakan dan bacaan shalat Delisa bertepatan dengan gempa, air laut surut sampai gelombang air bah setinggi 10 meter dari laut Lhok Nga memporak-poranda semua yang ada didepannya. Hingga Delisa kehilangan semuanya, Ummi, Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisyah, Tiur –teman akrab Delisa–, Ummi Tiur, dan sebagian besar penduduk Lhok Nga lainnya. Delisa juga harus berjuang dengan maut dan harus rela kehilangan kaki kiri. Delisa saat itu dirawat di rumah sakit kapal Induk U.S. John F. Kennedy, setelah seminggu lamanya tergeletak bersama rongsokan dan mayat Tiur yang mulai membusuk. Menyengat dan menyayat hati Delisa, namun Delisa tak mampu bergerak.

Hingga akhirnya penduduk Lhok Nga mulai berbenah, bantuan dari segala penjuru dunia berdatangan. Delisa bisa bertemu Abi yang saat kejadian sedang bekerja di kapal tanker. Namun Abi membawa kabar duka kesekian kalinya, mayat ketiga kakaknya telah ditemukan, namun tidak dengan Ummi. Ummi tidak diketahui dimana.  

Usai kejadian itu, Delisa mendadak lupa ingatan bacaan shalatnya. Hingga ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengingatnya kembali, namun susah. Hingga cahaya kasih sayang pemilik bumi, langit dan yang ada diantara keduanya menyentuh hati suci Delisa. Ia bermimpi sedang bermain di dalam suatu taman indah, ia mengejar kupu-kupu berwarna cantik dan bercahaya.

Delisa melewati jembatan, dan ketika melihat kebawah, masha Allah, sungai itu bewarna seperti susu. Disana Delisa bertemu Ummi, Cut Fatimah, Cut Zahra, Cut Aisyah, Tiur, Ummi Tiur, kakak-kakak Tiur, Ibu guru Nur, dan lainnya. Delisa sangat senang. Disana ramai sekali. Sedang Delisa kesepian, hanya bersama Abi. Kemudian Delisa meminta sesuatu kepada Ummi, ia minta tinggal bersama mereka, namun Ummi dengan tegas menolak dan berkata,

“Delisa harus menyelesaikannya.”

“menyelesaikan apa Ummi?” tanya Delisa bingung.

“kamu harus menyelesaikan hafalan bacaan shalat dulu sayang. Baru Delisa boleh menemui Ummi jika saatnya sudah tiba.”

Tak lama kemudian Delisa terbangun dan menggiatkan kembali hafalan bacaan shalatnya. Hingga ia berhasil menghafalnya dengan baik dan benar, tidak terbolak balik. Saat sholat ashar itu tiba. Delisa yang dulu hampir sempurna shalat namun Allah tak mengijinkan, kini tak ada lagi gelombang air bah seperti hari Ahad, 26 Desember 2004, kini Lhok Nga sudah tenang, dan Delisa dapat shalat sujud dengan sempurna kepada Allah untuk pertama kalinya.

Delisa hafal semuanya, mulai dari takbiratul ihram sampai mengucapkan salam. Dan malaikat yang turun dan hendak menuju langit gema menjawab salam tulus Delisa. Bukit Lhok Nga bergetar pelan dan dedaunan ikut mendayung menjawab salam Delisa. Ya Allah. Akhirnya Delisa bisa hafal shalat dengan sempurna.

Sore itu cahaya senja sudah nampak di cakrawala langit Lhok Nga. Delisa menuju ke sebuah sungai kecil untuk cuci tangan, ia dan teman-teman nya usai bermain pasir. Hingga seekor burung belibis memercikkan air ke wajah cantik Delisa. Delisa kemudian melihat burung tersebut terbang dan hinggap di semak belukar. Semak itu ditumbuhi bunga berwarna merah. Indah sekali. Hingga Delisa melihat sebuah cahaya kuning menyilau matanya.

Delisa mendekat dan mendadak hati Delisa gentar sekali. Bukankah itu kalung dengan huruf D. D untuk Delisa. Namun bukan itu yang membuat delisa tak berdaya. Kalung itu bukan tersangkut di dahan ataupun dedaunan, namun tersangkut pada sebuah tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka, putih sekali warnanya. Utuh, Bersandarkan semak belukar tersebut.

“U-m-m-i”

Delisa akhirnya menemukan Ummi, beberapa bulan setelah Tsunami menerjang serambi mekah, Aceh.
Banyak kisah dan pelajaran yang dikisahkan oleh penulis. Asik dibaca orang dewasa walau alur cerita dan bahasa yang digunakan lebih kekanak-kanakan. Sangat cocok dibaca oleh kalian yang bakal menjadi seorang Ummi, maupun saat ini, saat kalian masih memiliki Ummi. Betapa kita harus berbakti pada beliau. Potret keluarga islami sangat nampak dalam kandungan cerita Hafalan Shalat Delisa. Bagaimana seorang Ummi membesarkan keempat malaikat cantiknya.

Berikut salah satu penggalan cerita yang akan selalu berkesan dalam hati saya

***
Halaman 52-53

Delisa duduk bertelekan lutut di belakang Ummi.
Kemudian pelan memeluk leher Ummi yang duduk berdzikir di depannya.

“ada apa sayang?” Ummi menghentikan Dzikirnya.

Menoleh menatap muka Delisa yang ada di bahu kanannya, tersenyum.
Bibir Delisa menyimpul manyun. Matanya sedang menatap beningnya bola mata Ummi. Berbisik.

“U-m-m-I…”

“Ya, ada apa sayang?”

“Delisa,… D-e-l-i-s-a cinta Ummi…. Delisa c-i-n-t-a Ummi karena Allah” Ia pelan sekali mengatakan itu.

Kalah oleh desau angina pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamar tengah. 
Tetapi suara itu bertenaga. Amat menggentarkan. Terdengar jelas di telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati.

Ummi salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah. Ya Allah …. Kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika. ‘Delisa cinta Ummi karena Allah’. ….. Tasbih Ummi terlepas. Matanya berkaca-kaca. Ya Allah, apa yang barusan dikatakan bungsunya? Ya Allah darimana Delisa dapat ide untuk mengatakan kalimat seindah itu. Tangan Ummi sudah gemetar menjulur merengkuh tubuh Delisa.

“U-m-m-i juga cinta sekali Delisa… -U-m-m-i c-i-n-t-a Delisa karena Allah!” Ummi Salamah terisak memeluk bungsunya.

Delisa asli, cantik beneran, hehe

Abu Bakar Al-Shiddiq

Posted By: Unknown - 2:55 pm
“Abu Bakar, sahabat dekat Rasulallah yang paling setia sekaligus paling banyak mengikuti ajarannya. Laki-laki yang begitu rendah hati ini, begitu mudah terharu, begitu halus perasaannya, begitu gemar bergaul dengan orang-orang papa—dalam dirinya terpendam suatu kekuatan yang amat dahsyat”

Begitu kalimat yang saya baca di cover depan buku kisah hidup Abu Bakar Al-Shiddiq terbitan penerbit Zaman, karya Dr. Musthafa Murad. Kalimat diatas merupakan salah satu kesan dari seorang penulis "Sejarah Hidup Muhammad", Muhammad Husain Haikal. Buku setebal 312 halaman menyajikan kisah sosok khalifah pertama, mulai dari awal keimanan hingga ia wafat.

Rahimahullah Abu Bakar Al-Shiddiq merupakan satu satunya sahabat Rasulallah yang disebut oleh Allah  dalam Al Qur’an dengan kata sahabat. Abu Bakar adalah orang kedua bersama Rasulallah didalam gua. Sebagaimana firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 40 berikut,

“jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya,”Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”…..”

Peristiwa tersebut terjadi ketika Rasulallah diperintah oleh Allah berhijrah ke Madinah untuk menjumpai kaum Anshor yang bersuka hati menerima risalah nubuwat. Hijrah kali ini hanya dilakukan oleh Rasul dan Abu Bakar. Ketika mereka dikejar oleh kaum kafir Quraish, Abu bakar dan Rasul bersembunyi didalam gua dan disanalah pertolongan Allah datang.

Dengan kuasa Allah, pintu gua sempit tersebut telah ditempati oleh sarang laba-laba walau hanya beberapa saat lalu dilalui oleh Rasul dan Abu Bakar. Keringat dingin membasahi dahi Abu Bakar, ketika melihat kaki orang-orang Quraish dari dalam gua, dalam hati ia berkata, “andai mereka –kaum Quraish– melihat dari arah kakinya, tentu mereka akan melihat kami”. Tetapi Allah memalingkan kaum Quraish dengan membisikkan “tak mungkin ada orang jika dimulut gua ditumbuhi sarang laba-laba”

Gelar Al-Shiddiq (Jujur dan Membenarkan) sangat pantas ia sandang. Sehari setelah Rasulallah Isra’ Mi’raj, beliau mengumumkannya kepada segenap kaum muslimin dan penduduk Quraish di sekitar ka’bah. Rasul berkata, “semalam aku hijrah ke masjid Al Aqsa dan mi’raj menjumpai Allah”. Ketika orang kafir mencemooh beliau, dan sebagian orang muslim masih mempertanyakan kebenarannya, Abu Bakar menjadi yang pertama membenarkan kabar Rasul tersebut.

Ketika orang muslim –yang lemah iman– bertanya kepada Abu Bakar, “Dan kau percaya bahwa ia (Rasulallah) pergi ke Syam (palestina) dalam waktu satu malam kemudian balik kembali ke Makkah pagi harinya?” Abu Bakar tegas menjawab, “Benar. Aku percaya, bahkan jika ia mengatakan yang lebih jauh sekalipun. Aku percaya bahwa ia mendapatkan kabar dari langit di pagi maupun sore hari.”

Kedudukan mulia tersebut menegaskan kepantasan seorang Abu Bakar ketika diamanahi kepemimpinan kaum muslimin sepeninggalan Rasulallah. Tak ada seorang pun (sahabat) yang lebih memahami kandungan Al Qur’an melebihi Abu Bakar. Kekerabatan Abu Bakar dan Rasulallah –mertua, setelah Rasul menikahi Aisyah, putri Abu Bakar– menegaskan kedudukan mulianya dikalangan keluarga Rasul.

Meneruskan kepemimpinan kaum muslimin dirasa berat oleh Abu Bakar. Bagaimana tidak. Beberapa hari usai pembaiatan, gerakan murtad secara bergelombang muncul dimana-mana. Hingga memunculkan beberapa nabi palsu seperti Musailammah Al Khazab, Thulaihah, Sajah, dan lainnya. Beberapa kabilah juga menolak membayar zakat, dengan dalih zakat hanya berlaku ketika Rasulallah masih hidup.

Khalifah segera berunding dengan sahabat untuk menentukan sikap, diantara mereka ada Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, dan sahabat lainnya. Dengan tegas Khalifah akan menumpas segala bentuk pemberontakan, terutama nabi palsu dan pengingkaran zakat. Sesuai dengan firman Allah, Rasulallah adalah penutup risalah kenabian, serta zakat yang tak bisa dipisahkan dari sholat sebagai rukun islam. Tanpa zakat, berarti bukan islam. Abu Bakar tegas dalam hal aqidah -pokok agama-.

Beberapa panglima perang kaum muslimin beserta pasukannya diperintah oleh khalifah untuk menumpas segala bentuk pemberontakan. Hingga muncul nama-nama seperti Khalid bin Walid –syaifullah (pedang Allah) –, Sa’ad bin Abi Waqqas, Amr bin Ash, Usamah bin Zaid, Ikrimah bin Abu Jahl, Syurahbil bin Hasanah, dan lainnya.

Berkat kegigihan mereka stabilitas politik jazirah arab mampu dikendalikan. Terlebih pencapaian gemilang Khalid bin Walid yang berhasil menundukkan sebagian wilayah Persia (Iran) dan Syam (Syria). Hingga membuat raja Persia, Kisra dan raja Byzantium (Romawi Timur), Heraklius getar getir. Kaum muslimin mulai mendapat banyak perhatian dari kedua negara Adidaya saat itu (ibarat Amerika dan Rusia).

***

Salah satu momen paling penting ialah saat perang Yamamah. Saat itu banyak dari kalangan sahabat Hafidz Qur’an gugur sebagai syuhada menghadap Rab semesta alam. Kegelisahan merundung kaum muslimin. Takut jika makin banyak sahabat penghafal Al Qura’an menyusul gugur di medan perang. Atas usulan Umar bin Khattab, Khalifah memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al Qur’an yang tertulis dalam tulang, batu dan lainnya, serta dilengkapi dengan hafalan beberapa sahabat, akhirnya mushaf pertama mampu diselesaikan oleh Zaid.

Selain mushaf, beliau juga mengenalkan sistim Baitul Mal, atau kas negara. Untuk kemudian dibagi secara adil kepada seluruh penduduk kaum muslimin. Harta shadaqah, zakat, maupun rampasan perang –ghanimah– semuanya masuk ke Baitul Mal. Karena jumlah penduduk muslimin yang belum banyak, dan akhlak mulia sahabat nabi yang tidak cinta kepada harta dunia, sehingga belum ada pencatatan mengenai Baitul Mal. Pencatatan dilakukan dimasa kekhalifahan Umar bin Khattab.

***
Wanita yang paling dekat dengan Rasul adalah Aisyah, sedang dari golongan laki-laki adalah Abu Bakar. Sang sahabat akhirnya wafat pada tanggal 8 Jumadhil Akhir tahun 13 Hijriah, dua tahun setelah Rasul. Abu Bakar wafat di Madinah, di ibukota kaum muslimin dan dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulallah.

Penguasa yang hanya memiliki harta seorang budak, seekor unta tua, dan selembar tikar, akhirnya menjumpai sahabat tercinta.

“Inilah umat Muhammad, kelompok manusia yang paling awal memasuki surga.
Dan inilah Abu Bakar, manusia pertama diantara mereka yang memasuki surga”

Saat mendengar kabar kematian sang khalifah, Ali bin Abu Thalib berlari cepat dan menghampiri kerumunan sahabat dirumah Abu Bakar. Ia berkata,

“…engkau adalah orang yang ringkih tubuhnya, tetapi kokoh menegakkan perintah Allah. Jiwamu merunduk tawwaduk, tetapi derajatmu agung dan mulia disisi Allah, terhormat ditengah-tengah manusia, dan mulia dalam jiwa mereka. Engkau tak pernah meremehkan siapapun dan tak pernah mengatakan keburukan tentang siapa pun. Di sisimu, orang yang lemah dan terhina adalah orang yang kuat hingga engkau memenuhi hak-haknya. Sama saja di sisimu, baik orang yang dekat maupun yang jauh. Orang paling dekat kepadamu adalah yang paling taat kepada Allah dan paling bertaqwa…” hingga selesai.

Kemudian seluruh sahabat berkata, “engkau benar, wahai menantu Rasullah.




Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.