Sunday, 5 January 2014

Buah Tin gugur di Damaskus

Posted By: Unknown - 8:57 pm

Share

& Comment

Buah Tin gugur di Damaskus

-fiksi seorang bocah Syria yang merindukan keluarga
dan hangat pangkuan sang ibu-





Rona matahari senja perlahan menghilang di ufuk barat langit Damaskus, Syria. Gemuruh suara adzan maghrib bersahutan bak sebuah orkestra. Merdu dan menenangkan. Tiba saat dimana rakyat Syria melepaskan segala hiruk pikuk kesibukan. Toko nampak tutup, jual beli berhenti sejenak.

Ilustrasi: Ahmed
Disudut masjid Ar Rahman, seorang bocah memperhatikan segerombol karyawan sebuah toko perhiasan berjalan menuju masjid. Di belakangnya, nampak paman Yazid, pemilik toko perhiasan, berjalan agak cepat hendak menyusul. 

“Ahmed”. 

Teriak seseorang yang sangat ia kenal. Bocah tersebut menoleh dan ia dapati sang ayah memanggilnya.

Segera ia memenuhi panggilan sang ayah dan mendekatinya. Ia tahu, pasti ayah menyuruhnya sholat sunnah rawatib sebelum shalat maghrib. Di usianya yang baru menginjak 5 tahun, Ahmed dididik dengan tegas dalam hal ibadah oleh ayah-nya, Umar bin Ali.

Sesaat kemudian iqamah berkumandang, kemudian syekh Yusuf Al Qharadhawi berdiri di tempat imam. Tubuh kecil Ahmed berdiri diantara Ayah dan Hassan, kakak Ahmed. Mereka sering sholat berjama’ah bersama di masjid. Sementara itu, sang ibu, Fatimah, nampak anggun di shaf perempuan.

Dalam keheningan shalat, terdengar suara lirih salam syekh Yusuf, “Assalamu’alaikum Warahmatullah” Ahmed menoleh kekanan dan kekiri cepat – cepat. Tangan ayah dan kakak segera ia raih dan menciumnya sebagai wujud rasa hormat.

Ayah dan Hassan sedang berdzikir, Ahmed mencoba mencuri kesempatan keluar masjid dan bermain bersama teman sebaya. Baru mengangkat badan setengah berdiri, sang Ayah menoleh dan meminta Ahmed berdo’a terlebih dahulu dan shalat sunnah dua rakaat sebagai penutup dan penyempurna maghrib.

Ahmed lantas menengadahkan kedua tangan dan berdo’a dengan mata melirik kearah teras masjid. Kemudian ia lanjutkan berdiri dan sholat sesuai perintah ayah dengan cepat berganti ditiap gerakan shalatnya. Setelah itu, barulah ayah  mengizinkan Ahmed ikut bermain, asalkan jangan terlalu berisik. Ahmed mengangguk.

Ilustrasi: Hassan
Air mata bercucuran diwajah Umar, hingga membasahi jenggot. Ia mengangkat kedua tangan dengan penuh kerendahan dan penghinaan diri dihadapan Allah. Di sudut dalam masjid, Hassan nampak khusuk melantunkan ayat suci. Dan Fatimah masih terjaga dalam sujud, berharap ampunan atas segala dosa sebanyak buih di lautan.

Keluarga Umar memang sudah terkenal dengan kealiman-nya. Ketika Fatimah membeli sayuran di pasar, banyak pedagang yang memuji Umar sebagai seorang yang jujur dalam jual beli. Saat Umar pergi ke kebun, orang lain menyebut Fatimah sebagai seorang istri yang selalu memelihara pandangan. Pun dengan Hassan, ia salah satu murid pandai di sekolah-nya.

Ahmed beruntung berada di antara keluarga yang sakinah. Tiap hari ada tiga manusia mulia yang menjaga dan mengajarkan akhlak mulia kepada-nya. Tak mengherankan jika di usia mudanya ia sudah hafal beberapa surah Al Qur’an. Dimata teman sebaya, Ahmed juga dikenal jarang berbuat jahil.

***

Ilustrasi: Umar, Fatimah dan Ahmed

Umar adalah seorang petani buah Tin yang tumbuh subur di Damaskus. Tiap hari ia bekerja ke ladang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dari buah Tin itu pula Umar dan Fatimah mampu pergi haji ke Baitullah. Serta membiayai sekolah Hassan dan Ahmed. Mereka hidup bahagia di tanah Syam.

Hingga tiba dipenghujung tahun 2011, terjadi pergolakan politik di beberapa negara  jazirah arab, tak terkecuali Syria. Di satu pihak, kaum mujahidin sunni menggelorakan pembelotan terhadap rezim syi’ah berkuasa pimpinan Bashar Al Assad. Sementara kaum syi’ah melontarkan dukungannya kepada Assad.

Umar seorang penganut sunni, ia meyakini golongan yang mengikuti kaidah Al Qur’an dan As-Sunnah. Tetapi, ia tak serta merta mendukung sunni Syria dan membenci syi’ah yang berkuasa. Baginya, beragama merupakan suatu pilihan, bukan suatu paksaan. Selama bisa bersama kenapa harus berperang?

Jikalau salah satu golongan memang benar, maka golongan yang menyimpang lambat laun akan kembali kejalan kebenaran, jika yang membenarkan mampu menampilkan kebenarannya tersebut. Umar selalu berusaha menampilkan kebenaran sunni melalui perilaku dan ritual ibadah di keseharian-nya.

Sore 12 Desember 2011, Damaskus sunyi senyap. Tak ada suara adzan maghrib berkumandang. Listrik di sekitar masjid Ar Rahman terputus. Jalanan nampak sepi dari lalu lintas, hanya sesekali kendaraan lapis baja yang berpatroli. Udara dingin khas iklim gurun menemani rasa kesunyian.

Dari kejauhan, ruko perhiasan milik Yazid nampak miring ke arah samping. Bangunan tiga lantai tersebut hampir roboh. Papan ruko bertulis “toko perhiasan Yazid” pecah dan terkena bercak darah. Situasi tegang dan mencekam. Tak seorang-pun berani keluar rumah.

Bersambung*,


*penulis sedang mengerjakan laporan kampus. hehe.

About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.