Bakal calon
pilpres 2014, WIN-HT, kembali membuat kita tercengang. Bukan lagi perkara kuis
dadakan pendongkrak elektabilitas –kuis kebangsaan dan kuis Indonesia cerdas–
yang mungkin akan hilang usai pilpres mendatang. Kali ini mereka berbuat
“nakal” disaat Indonesia tengah mengalami darurat bencana banjir.
Saat tim
RCTI melakukan santunan ke para pengungsi di salah satu daerah bencana, mereka
mencantumkan logo, tagline dan gambar WIN-HT. Jangan kaget, memang begitu wajah
perpolitikan di Indonesia, tak cerdas sama sekali.
Kesalahan pertama adalah mereka melakukan kampanye
saat masa kampanye belum mulai. Bahkan disaat daftar pemilih tetap belum
selesai ditetapkan oleh KPU. Secara aturan, mereka telah mencuri start.
Mungkin tak
menjadi soal jika seorang penjaga toko pulang setengah jam lebih awal dari
jadwal, mungkin hanya pemilik toko yang rugi, kalaupun ketahuan paling dipecat.
Akan tapi, menjadi sebuah kesalahan fatal jika yang “maling waktu” adalah pasangan
bakal calon pemimpin.
Kedua,
barang yang mereka bagikan adalah bantuan “PEMIRSA RCTI”. #hahhh. Jangan kaget.
Emang itu fakta-nya. Dana bantuan korban bencana banjir dari masyarakat seluruh
Indonesia yang digalang oleh RCTI telah mereka manfaatkan untuk kepentingan
politik.
Entah apa
yang ada di benak tim sukses mereka. Dengan tega-nya mereka membodohi
masyarakat Indonesia. Dengan embel-embel dana bantuan bencana, mereka
menciderai ketulusan dan kepercayaan masyarakat. Sungguh, pengkhianatan yang
memilukan.
Secara
pengalaman, Hary Tanoe memang sudah berpengalaman. Tentu perekonomian Indonesia
akan stabil di tangan-nya. Melihat apa yang sudah ia lakukan saat ini,
rasa-rasa-nya bakalan tak jauh berbeda dari Sri Mulyani dan Budiyono. Memang mereka
pintar, tapi sayang, bukan untuk mensejahterakan masyarakat.
Figur
Wiranto juga masih perlu pembuktian. Survey dari beberapa LSM masih kurang
memihak kepada sang jendral purnawirawan. Elektabilitas Wiranto masih dibawah
tokoh berpengaruh laiknya Jusuf Kalla, Dahlan Iskan, Mahfud MD, atau bahkan
anak bau kencur, Abraham Samad, sekalipun.
Perlu lebih
dari sekedar ilmu dan pengalaman untuk menjadi seorang pemimpin. Pembuktian
kapasitas ketika ia diberikan kepercayaan oleh negara adalah salah satu sudut pandang
penilaian masyarakat. Dan yang paling penting, seberapa besar kepentingan
masyarakat yang tercermin dalam setiap keputusan yang ia buat.
Oh pemimpin.
1 comments:
nice
Post a Comment