Tuesday, 7 January 2014

C for Mr. Chulaemi

Posted By: Unknown - 11:01 am

Share

& Comment

belum sempet foto, ilustrasi aja
“Kalau benar berarti.. tidak salah” canda seorang pria tua yang nampak mulai beruban. Satu kelas tertawa terbahak dibuatnya (anggep aja candaan-nya lucu, terutama bagi kalian yang belum pernah bertatap muka).

Namanya Achmad Chulaemi, dosen matakuliah Hukum Agraria. Pelajaran mengenai seperti apa wujud pertanahan dilihat dari kacamata hukum di Indonesia. Sangat penting bagi kami, terutama yang berkeinginan merintis karir di kantor pertanahan.

Jempol seratus untuk dosen senior –tepatnya hampir purna tugas– satu ini. Pak Chulaemi sangat rajin dan tepat waktu. Tak pernah sekalipun aku berangkat lebih dahulu dari beliau. Di dalam tubuh tua-nya masih tersimpan beribu semangat muda yang masih menggebu. Semangat ngampus yang harus kami tiru. Kami semua semangat jika beliau mengajar.

Di semester 5 lalu aku ngambil matakuliah ini. Ruang kuliah di c.101, komplek kampus GKB belakang. Tempat biasa anak-anak Geodesi mencuri pandang ke arah utara, dimana anak-anak Teknik Lingkungan mondar mandir. Ya, banyak hal yang menarik dari mereka, walau yang mereka pelajari adalah sampah.

Satu semester itu pula aku selalu telat, kalah pagi dengan pak Chulaemi. Bapak jam set 8 sudah standby di kampus. Masih untung, bapak orang-nya baik, dia tak memikirkan berapa lama murid-nya telat. Baginya, yang penting dia memenuhi kewajiban untuk menyampaikan ilmu yang ia miliki. Soal mahasiswa, itu sudah menjadi hak mereka, apakah butuh ilmu, atau tidak.

Dari matakuliah ini kami memperoleh informasi bagaimana sejarah hukum pertanahan, bagaimana seorang notaris bekerja, seperti apa hak atas tanah, dan bagaimana kondisi hukum pertanahan saat ini. Kita diperkenalkan istilah HM, HGB, HGU, Tanah Bengkok, dan Tanah Jonggolan.

Di semester lima aku kurang beruntung. Dari sekian usaha, hanya nilai C yang aku dapat. Sempat aku protes dalam hati, kok bisa?. Apa mau dikata, hukum agraria menemani pengantar ilmu hukum di kolom nilai C lembar transkrip lengkapku.

Beberapa waktu kemudian, aku tersadar. Ternyata kemaren aku terlalu meremehkan matakuliah ini. Ku kira soal ujian dapat mudah aku lahap. Ternyata tidak. Bodohnya diriku. Mungkin itu suatu teguran. Sekuat apapun seseorang, akan tersungkur dihadapan seorang yang lemah jika rasa sombong tertanam di dalam hatinya.

Pelajaran tersebut aku jadikan modal memperbaiki nilai di semester 6. Semester sibuk bagiku. Empat organisasi kampus aku ikutin. Mapala jurusan, bem dan kerohaniahan islam universitas dan naik jabatan di pers fakultas. Satu semester belajar bagaimana memanajemen waktu.

Ternyata memperbaiki tak seperti pertama kali mengambil matakuliah. Beda banget suasana-nya. Harus kuliah bareng angkatan bawah. Feel belajar nggak aku dapetin. Sebagai pelampiasan. Ketika hari kamis –jadwal hukum agraria– aku maksimalin buat main di salah satu organisasi. Entah ngliput acara atau apalah. Yang penting bahagia dan bermanfaat. Daripada duduk manis di belakang dan fokus tercecer dimana-mana.

Ujian tengah dan akhir semester sudah aku lewatin. Aku anggep semua-nya lancar. Minimal nilai B-lah. Optimis. Yang penting uda nggak ngremehin ilmu lagi. Tinggal nunggu hasil-nya aja gimana. Semoga memuaskan.

Kaget bukan kepalang. Nilai di SIA tak berubah, masih C. Halaman-nya aku reload beberapa kali-pun masih tetep aja C. Pun saat aku membuka SIA pake Mozilla. Masih C. Di laptop temen juga sama, tetep C, di warnet juga C. Dimana-mana C.

Apa kesalahanku? Ternyata aku nggak konsiten. Tujuan memperbaiki adalah memperdalam ilmu dan menaikkan nilai. Jadi, sudah sewajarnya jika kita harus lebih antusias. Tetapi, yang aku lakukan cuma biasa-biasa aja. Pemikiranku seperti mahasiswa kebanyakan, “kalau ngulang nggak wajib dateng”. Ya seharusnya kalau nggak dateng kenapa ambil sks-nya?. Heran.

Dua kesalahan aku lakukan. Pertama, terlalu meremehkan matakuliah. Kedua, terjebak dalam pemikiran “ngulang nggak wajib dateng”. Dua kesalahan yang berujung pada dua kali nilai C. Tapi kita juga harus pinter. Ambil pelajarannya untuk kedepan. Dari hal itu-pula, aku jadi ingin belajar bahasa Inggris.

“A for Apple,
B for Banana,
C for Chulaemi”

Thanks Mr. Chulaemi. Thanks for your lesson.



About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.