Indonesia Tapped by Ausie |
“Kriiingggg” hapeku berbunyi cukup kencang. Segera ku angkat
panggilan. “Assalamu’alaikum. Iya ini saya wahyu ……”, samar terdengar suara
wanita di telinga Nunu. Sebentar kami mengobrol di telefon, setelah ku tutup, tiba – tiba Nunu menanyaiku, “ciiieeee,
siapa tadi tun?”.
“apaan. Itu operator bank bukopin. Selalu telfon jika ada
promo bulanan.” jawabku. Lantas ku balik tanya.
“lha kamu tadi nguping?”. Nunu merespon, “Sedikit aja, hehe.”
“Uda kayak Australia aja, suka nguping orang lain.” keluh ku.
penyadapan |
Beberapa waktu lalu sempat nge-hits kasus penyadapan yang
dilakukan oleh intelegen Australia terhadap beberapa pemimpin negara tetangga,
termasuk Indonesia. Pak SBY dan bu Ani menjadi korban keusilan negeri kanguru
tersebut.
Nunu memulai percakapan kembali,
“kok Indonesia bisa disadap ya?”. Aku jawab,
”ya karena pejabat nggak mau di kasih frekuensi khusus. Petinggi
kita malah pake frekuensi publik.”
“berarti pake telkomsel, indosat, gitu yaah?”. “iya Nu”.
“oowwhhh”. Nunu lanjut bertanya,
“tapi kok perdana menteri Tony Abbot nggak cepet-cepet minta
maaf ke kita ya? Padahal kan kita mitra penting mereka? Apa mereka nggak ngerti
perasaan sakit hati kita?.” Nunu penasaran.
“nggak tau juga Nu. Bahkan, pak SBY sampai ngirim peringatan
ke mereka dua kali lhoo.” responku.
“kayaknya kita diremehin sama mereka ya tun?” Nunu, dengan
raut muka penuh tanya.
“iya apa ya Nu. Ehhmm. Masalahnya itu, karena kita memiliki
kedudukan yang lemah di tatanan dunia.”
Nunu masih bingung. Aku coba lebih memperjelas.
“dari segi ekonomi saja. Kita masih tergantung pada mereka
soal impor daging sapi. Mata uang kita juga lemah dimata Dollar. Secara politik,
kita juga tak memiliki kedudukan berarti. Jadi jangan heran kalau harga diri
kita dianggap sebelah mata.”
“owhhh. Pantes.” Nunu mulai memahami. Kemudian ia terus
bertanya untuk menjawab rasa penasaran-nya.
“terus kita harusnya gimana?”
kedaulatan pangan |
“ya kita harus berdaulat dulu di bidang ekonomi. Soalnya enggak
mungkin kita mutusin kerjasama impor daging sapi”.“Karena masalah ekonomi pula,
orang Indonesia menjadi TKI di Malaysia, nggak heran kalau mereka -Malaysia- berani sama
kita. Coba aja kalau rupiah berdaulat, internasional akan berfikir dua kali
untuk cari-cari masalah”
Nunu mengangguk tanda mulai paham. Kemudian ia berpendapat,
“tapi aku setuju aja sih kalau ada penyadapan!” kata Nunu
dengan kalem.
“haaahh, kok bisa?” jawabku kaget.
“haaahh, kok bisa?” jawabku kaget.
“asalkan isi rekaman itu diserahin ke KPK secara diam-diam,
demi kepentingan pengawasan terhadap tindak pidana korupsi kalau aja terjadi”.
“owwhh iya, bener juga kamu Nu” jawabku meng-amini.
“owwhh iya, bener juga kamu Nu” jawabku meng-amini.
“moga aja kita bisa mandiri secara ekonomi Nu, biar kita
nggak bergantung pada negara lain. Kan kalo kita mandiri, mau mutusin hubungan
dengan kanguru, jiran, paman sam, atau siapa aja-lah, pasti kita berani.” Impiku.
“ya kalau bisa sih kita hidup damai aja-lah. Kan kita juga
saling membutuhkan. Tapi ya kita harus berdaulat dulu sih, kalau enggak,
selamanya kita di-ketek-in terus” simpul Nunu.
Jam menunjuk ke angka 11.00
“Nu, ayo ngampus. Kuliah geofis. makin telat makin nggak
ngerti lhoo”
Berangkat-lah kita ke kampus. Berusaha belajar ilmu geodesi
dan mencoba lebih peka akan kondisi sosial masyarakat di negeri tercinta ini. Semoga
Indonesia jauh lebih baik di tangan kami kelak. We Believe.
0 comments:
Post a Comment