Friday, 20 December 2013

Artikel Prasyarat Pelatihan Jurnalistik : Bayang Semu Anak Jalanan

Posted By: Unknown - 11:11 am

Share

& Comment

Artikel bulan Desember tahun 2012, bulan dimana saya mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut.
Dan bagaimana hasilnya? next post maybe.

Kota semarang merupakan ibu kota provinsi jawa tengah yang berlokasi strategis ditengah jalur pantai utara (pantura) yang menghubungkan antara dua provinsi yaitu jawa barat dan jawa timur. Tiap harinya kota semarang ramai dilalui kendaraan bermotor baik dari arah solo dan jogja diselatan, dari arah jakarta dibarat maupun dari arah surabaya di timur. Begitu ramainya lalu lintas kendaraan menjadikan semarang sebagai salah satu kota teramai di jawa tengah.

Suasana ramai dan panas itulah yang tiap hari dirasakan oleh ferry, bocah 13 tahun yang setiap harinya mengamen di kawasan tugumuda. Tubuh mungilnya harus berjibaku dengan kerasnya jalanan yang tidak semestinya ia berada. Tiap harinya ia harus menenteng gitar kecil sembari berharap receh untuk mengisi perutnya yang terus menggerutu.

Gambar Hanya Ilustrasi
Sudah lebih dari 6 tahun ferry hidup dan bermain dijalanan, sejak belum genap berumur 7 tahun saat ia kerap meninggalkan rumah. Selama itulah ferry tak lagi menerima hangatnya suasana keluarga dan mulai membiasakan diri dengan lingkungan barunya. Kondisi keluarga yang kurang harmonis memaksanya lari dari kenyataan dan memilih jalanan kota semarang sebagai peraduan.

Dibandingkan kota besar lain seperti jakarta, bandung atau surabaya, memang semarang tergolong nyaman bagi anak jalanan. Buktinya banyak teman ferry sesama anak jalanan yang berasal dari luar kota semarang, mulai dari kendal, demak, sampai dari daerah jakarta dan surabaya.

Walaupun luas semarang tak seberapa, hanya 225,17 km² tak lebih dari sepertiga jakarta. Akan tetapi lokasi hiburan masyarakat umum disemarang tergolong banyak. Kawasan simpang lima dan tuga muda sebagai contohnya, dua kawasan ramai tersebut tak pernah sepi terutama saat malam hari menjelang.

Tak hanya pengunjung di taman, ferry juga memanfaatkan lampu merah sebagai lokasi mencari uang. Tiap lampu merah menyala dan pengendara mulai menghentikan motornya, mulailah ia memainkan gitar kentrung nya seraya bersenandung dan memasang muka sedih berharap ada tangan halus yang ikhlas menyisihkan uang.

Dan seperti kebanyakan masyarakat jawa pada umumnya yang memiliki rasa iba dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama, banyak pengguna jalan kota semarang yang tak segan memberi sejumlah uang kepada ferry dan teman – temannya. Jadi dari segi penghasilan yang didapatkan, disini ternyata cukup menjanjikan.

Persaingan antar sesama pengamen di kota semarang juga tak sekeras di kota besar lainnya. Bahkan disini cenderung memiliki sifat kekeluargaan yang bagus, tak jarang ferry saling bercengkerama dengan sesama anak jalanan baik yang sama – sama asal semarang maupun pendatang dari daerah lain. Tak heran jika hampir tak terdengar berita bentrok antar sesama anak jalanan di kota semarang.

Banyaknya anak jalanan dikota semarang juga dipengaruhi oleh murahnya biaya hidup disini. Disamping harga makanannya yang cukup murah, disini tak seperti dijakarta yang serba dihitung dengan uang sehingga makin menyempitkan ruang gerak anak jalanan.

Pernah suatu hari saat hujan lebat mengguyur kota semarang, dalam satu malam ferry hanya mendapat uang 4.000 rupiah, jumlah yang kecil untuk membeli makanan, belum lagi harus dibagi dua dengan temannya. Akan tetapi, uang sebesar itu masih bisa dibelikan nasi sayur dua porsi didekat pasar bulu kawasan tugu muda yang cukup untuk mengisi perutnya.

Kenyamanan ferry di kota semarang tersebut didukung pula oleh lemahnya penegakan hukum tentang gelandangan dan anak jalanan. Pertama, kawasan lalu lintas harusnya steril dari aktivitas selain kendaraan bermotor. Kedua, lokasi hiburan masyarakat harus bebas pengamen, gelandangan, pengemis dan sebagainya guna memastikan hak masyarakat dapat terjamin.

Terkait penanganan masalah anak jalanan memang pihak satpol pamong praja dan kepolisian yang seharusnya bertanggung jawab. Melihat masih banyaknya anak jalanan memang mengindikasikan lemahnya kinerja aparat keamanan. Tetapi sejatinya pihak keamanan tidaklah berlepas tangan, banyak tindakan yang telah dilakukan, seperti dengan melakukan razia. Walaupun dampak yang dirasakan hanya sebentar saja. Terbukti walaupun kerap dirazia, sikap anak jalanan tak sedikitpun berubah untuk menjauhi kota lumpia.

Razia pun kadang dilakukan hanya jika ada kunjungan kerja dari pusat guna memantau kondisi daerah kota semarang. Jika sudah selesai dan anak jalanan mulai terlihat disudut kota, mereka hanya dibiarkan saja. Jadi selama ini hanya tindakan sementara saja yang kerap dilakukan, seperti halnya gali lubang tutup lubang, tanpa ada solusi langkah pasti kedepannya.

Jika kita telaah dan pahami lebih lanjut, fungsi aparat keamanan hanyalah menjaga keamanan wilayah kota semarang. Sehingga aparat hanya bekerja untuk menekan dampak yang ditimbulkan dari masalah sosial tersebut, bukan untuk mengatasi penyebab timbulnya fenomena anak jalanan. Jadi sudah seharusnya seluruh elemen masyarakat maupun pemerintah saling memahami dan maju bersama mengatasi masalah tersebut.

Mutlak diperlukan peran serta pemkot kota semarang untuk meningkatkan perekonomian masyarakatnya supaya angka kemiskinan menurun sehingga jumlah anak jalanan disemarang dapat ditekan. Peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang benar dan interaksi sosial yang bagus juga turut berperan mengurangi faktor penyebab masalah sosial tersebut.


Sehingga kedepannya akan tercipta suasana dan lingkungan yang kondusif di kota semarang. Anak – anak bisa bermain riang dengan teman sebaya di taman bermain yang semestinya, bukannya dijalanan. Ferry dan temannya bukanlah pelaku, mereka hanyalah korban. Bukan untuk diperangi, bukan juga dilindungi, hanya mereka butuh pengarahan dan kasih sayang yang sudah lama tidak mereka dapati.

About Unknown

Program Studi Teknik Geodesi Universitas Diponegoro Semarang. Lembaga Pers Mahasiswa Momentum. Rohis Athlas dan INSANI. Sherpa Mapala. Kemendagri BEM KM Undip. Geodet Berbagi. Turun Tangan Semarang. Orang Jawa. Survei Topografi.

0 comments:

Copyright © 2013 Ghostwriter™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.