Di
sore hari yang terlihat rona senja diseberang barat, kami duduk dikursi
sederhana bersama – sama akhi dan ukhti rohis athlas teknik geodesi disuatu
diskusi. Diruang kuliah kami tersebut akhi Ari Sasmita mengisi kembali gelas –
gelas pengetahuan kami yang masih kosong dengan air – air pengetahuan yang
insyaallah sangat bermanfaat.
Keseharian
mas Ari memang sibuk, disamping kesibukannya mengenyam pendidikan sarjana di
teknik kimia beliau juga aktif sebagai ketua senat. Akan tetapi kesibukannya
bukanlah suatu alasan yang dapat dijadikan peluru andalan untuk meninggalkan
kewajiban kepada ilahi, pantaslah mas Ari memberi kami wawasan tentang apa yang
disebut pemuda islam yang semestinya.
Sore
itu imajinasi kami diajak menengok jauh kebelakang, tepatnya saat masa Nabi dan
Rasul kita Muhammad SAW. Saat Rasulallah remaja beliau berada ditengah – tengah
masyarakat yang sangat terkenal tak beradab, banyak yang mengatakan kaum
tersebut ialah kaum jahiliyah. Kemerosotan moral di semua aspek kehidupan,
jangan anda bayangkan berita pembunuhan atau perampokan bahkan kala itu kaum
musyrik mekkah tega mengubur anak perempuannya hidup – hidup.
Hidup
ditengah masyarakat jahil tak membuat Rasulalloh mengikuti arus kehidupan masyarakat
mekkah saat itu, Beliau dengan gigih berjuang untuk menjadi orang baik dan
bermoral. Hampir semua orang mekkah mengetahui seorang pemuda yang jujur,
sopan, berakhlak mulia dan dapat dipercaya, ialah Muhammad, anomali sifat
masyarakat mekkah saat itu. Selain memiliki sifat kenabian tersebut, Rasulallah
muda juga terkenal ahli dalam berniaga, dengan mengandalkan kejujuran banyak
hasil dagang yang diperoleh.
Memang
munafik kalau kita bisa seperti Rasul sang nabi penutup, tapi kita akan lebih
hina dari seorang munafik jika kita tidak mau belajar dan berusaha menjadikan
diri kita seperti apa yang telah diajarkan oleh beliau. Maka sudah sewajarnya
kita menjadi pemuda muslim yang tangguh, jujur, berperilaku baik serta amanah
seperti yang telah dicontohkan oleh
Rasulalloh.
Kisah
lama tersebut membuat kami berfikir sejenak, sambil memendangi senja di balik
jendela kaca kami berfikir, usaha apa sih yang telah kami lakukan untuk menjadi
seorang pemuda islam? Seberapa besarkah sifat jujur, amanah, pandai yang telah
kita miliki? Bagaimana usaha kita untuk meningkatkannya?
Cahaya
senja yang mulai memejam masih mampu memberi kami suatu pencerahan, bahwa Allah
tidak peduli sejak kapan kita mau berubah, tetapi Allah SWT akan meridhai hambanya
yang berniat untuk memperbaiki diri sesuai yang telah dicotohkan oleh Rasul dan
Allah akan memuliakan hambanya yang berusaha dengan ikhlas untuk menjadi muslim
yang sebenarnya.
Ditulis tahun 2011
0 comments:
Post a Comment