Ical sering bernostalgia dengan
partai Golkar di Antv dan TVOne. Iya rajin mengisi iklan dengan sejuta
retorika. Tak mau kalah, Surya Paloh menyisipkan berita kegiatan partai Nasdem
di dalam redaksi pemberitaan Metro TV. Tak mau kalah, bos MNC membuat gebrakan
kuis rekayasa bernama kuis kebangsaan dan kuis Indonesia cerdas.
Seperti itu lah media di Indonesia.
Semua berpatokan pada uang, rating dan kekuasaan, tak lagi mencerdaskan
masyarakat. Sisi jurnalisme mulai tergusur oleh pengaruh sang pemilik modal.
Kadang mereka bisa mencampuri ruang redaksi, yang harusnya suci dari pengaruh
apapun. Coba kita lihat bagaimana kondisi pemberitaan di media yang dimiliki
oleh seorang politikus.
Viva Grup, merupakan induk dari
portal berita online vivanews dan dua stasiun televisi, Antv dan TVOne, milik
Bakrie. Ambil contoh, bagaimana TVOne meliput kejadian lumpur Lapindo beberapa
waktu lalu. Dalam pemilihan kata dalam pemberitaan, mereka tak menggunakan kata
“Lumpur Lapindo”, lebih memilih “Lumpur Porong”. Karena terjadi di Porong,
Sidoarjo.
Penggunaan kata Lapindo akan berarti
sebuah blunder, karena Bakrie memiliki saham besar di perusahaan tersebut.
Tentu mereka memilh menjaga perasaan sang pemilik daripada mengungkap kebenaran
yang terjadi lapangan. Laiknya budak, mereka takut dikeluarkan jika
bertentangan dengan keinginan pemilik modal. Walau bertentangan dengan fakta
sekalipun.
Surat kabar Media Indonesia dan
stasiun MetroTV pun demikian. Media milik surya paloh tersebut turut
mempelopori penyisipan kegiatan partai dan tokoh bersangkutan kedalam redaksi
pemberitaan. Ciri khas editorialnya ialah menjelek – jelekkan pemerintah pimpinan
SBY dan mengkebiri elektabilitas partai khususnya Demokrat.
Sedikit kreatif, bos MNC memainkan
peran media untuk menaikkan elektabilitas dirinya dan Wiranto melalui
penayangan iklan kampanye terselubung, mereka hendak mengangkat citra partai
Hanura bentukan Wiranto. Demi menggaet hati masyarakat, mereka mengimingi
masyarakat dengan kuis berhadiah. Kuis kebangsaan di RCTI, dan kuis Indonesia
cerdas di Global TV.
Kasus memalukan terjadi beberapa
waktu lalu, terbongkarnya rekayasa kuis tersebut karena ulah seorang penelfon
awam. Ia mengatakan jawaban lebih awal, padahal pertanyaan belum juga diajukan.
Sungguh sebuah pembohongan besar.
Kurang lebih seperti itulah gambaran
singkat bagaimana pemilik modal memainkan redaksional suatu media massa.
Kebenaran masyarakat dan realita lapangan terpinggirkan oleh kepentingan
pemilik modal. Akhirnya, media akan menyerupakan diri sesuai pemilik modal.
0 comments:
Post a Comment