Sebuah renungan Islami :
Management Galau ,.!@?#%^
Management Galau ,.!@?#%^
Galau adalah suatu perasaan ketika kita
berada dalam kondisi kebimbangan dalam menentukan sesuatu pilihan. Saat itu lah
kita dihadapkan pada situasi yang serba susah dan penuh pertimbangan
kebimbangan. Sehingga kedewasaan kita diuji saat galau menghinggapi. Akan
tetapi bukan mengenai pilihan mana yang hendak kita pilih, tetapi lebih kepada
bagaimana cara kita menghadapi resiko yang diperoleh akibat memilih salah satu
pilihan yang menggalaukan tersebut.
Dewasa ini banyak laki-laki atau perempuan galau
hanya karena hal kecil dan tidaklah penting seperti menggalau karena si dia ga’
sms, besok mau jalan – jalan kemana atau karena seharian ga’ ada yang sms !!
Hanya karena hal – hal sepele tersebut seolah dapat mengganggu keseimbangan
jiwa dan perasaan. Tanpa kalian sadari, sifat lembek seperti itu hanya akan
melemahkan jiwa dan menghambat proses kedewasaan kita.
Jadi apakah kita harus membuang jauh –
jauh kata galau dari kamus bahasa kita? Jawabannya tentu saja tidak, berarti
apakah kita butuh galau? Tentu saja jawabannya iya. Tapi, bukan galau seperti
yang disebutkan sebelumnya yang kita butuhkan, melainkan galau lah untuk memikirkan
amalan apa yang telah kita lakukan didunia ini, apakah sudah cukup atau masih
banyak maksiat yang kita kerjakan, bagaimana kalau besok kita mati? Apakah siap
menghadapNya?
Patut kita was – was dan galau dalam hal
yang satu ini, karena dewasa ini seolah kita terperdaya akan keindahan dunia
yang menyilaukan. Seolah waktu ini hanya disibukkan dengan urusan – urusan
dunia seperti kita hanya hidup didunia saja. Ingatlah bahwa kita hidup ini hanya
sebentar saja, kalau orang jawa bilang “urip amung mampir ngombe” (hidup cuma
mampir minta minum).
Diakhiratlah kita akan hidup abadi,
tetapi disini (dunia) lah kita menentukan seperti apa wujud dan keadaan kita
nanti di akhirat. Tampan atau buruk rupa, lapar atau kenyang maupun kaya
ataupun miskin hanya kita sendiri yang dapat menentukannya. Maka pergunakanlah
akal dan pikiran kita untuk sibuk memikirkannya. Perbanyaklah kebaikan mulai
dari sekarang dan cobalah untuk kurangi maksiat yang biasa kita lakukan. Kalau
tidak sekarang kapan lagi? Karena ngga’ ada jaminan besok kita masih hidup.
Jadi, menggalaulah tentang berapakah
banyak amalan yang telah kita persiapkan untuk akhirat kelak. Karena itu lebih
bermanfaat daripada menggalau tentang hal – hal sepele yang malah menjerumuskan
kita kepada maksiat. Naudzubillah.
Wallahu
a’lam
0 comments:
Post a Comment