TIPS -
Melatih Ketrampilan Menulis Deskripsi
oleh Farid Gaban*
*wartawan senior mantan redaktur pelaksana tempo,
bekerja di Editor, Harian Republika dan meliput perng Bosnia (1992)
Dua
pekan lalu saya ke toko buku bersama dua anak saya. Alifa, kini
kelas satu SMP, memilih beli komik Detektif Conan jilid terbaru,
sementara Aulya, kelas lima SD, memilih beli "recorder" (tadinya saya
bingung apa ini, tapi ternyata seruling).
Saya sendiri memilih buku gambar, pensil, kuas dan satu set aquarel.
Menggambar sketsa adalah salah satu hobi saya yang lain.
Saya tidak merasa pintar menggambar atau melukis (lebih suka desain
grafis, bermain dengan tipografi dan layout majalah/koran). Tapi,
ketrampilan menggambar sketsa perlu saya lakukan sebagai bagian
terpadu dari kebiasaan menulis.
Apa hubungan antara menggambar dan menulis?
PERTAMA, menggeluti bentuk dan mencampur warna adalah kegiatan
kreatif. Sebagai wartawan atau penulis kita memerlukan keseimbangan
antara nalar (kerja otak kanan) dan imajinasi/kreativitas (kerja otak
kiri). Menggambar dan melukis merangsang serta melatih agar otak kiri
terus berdenyut.
Imajinasi dan kreativitas kita perlukan dalam "problem solving" hampir
di semua profesi. Kemampuan seperti ini tak hanya diperlukan penulis
fiksi, tapi juga wartawan, bahkan ilmuwan dan mungkin bisnisman.
KEDUA, menggambar sketsa melatih kita peka terhadap detil visual.
Dalam penulisan kreatif kita mengenal deskripsi. Dan deskripsi pada
dasarnya adalah melukis dalam benak pembaca sebuah detil obyek lewat
tulisan. Tapi, kita hanya bisa melukis lewat kata jika kita mengamati
sebuah obyek secara detil, dan menggambar sketsa memaksa kita
mengamati detil.
- Berapa kuda yang menghela patung buatan Nyoman Nuarta di dekat air
mancur Gedung Indosat Jakarta?
- Detil ornamen apa yang membuat bangunan Bandara Cengkareng menjadi khas?
- Hidung atau matakah yang membuat wajah orang itu begitu mudah diingat?
- Apa yang menonjol dari motif kain batik Cirebon?
Kamera foto atau video memang bisa membantu kita untuk mengingat detil
dari sebuah obyek. Dalam banyak hal, alat ini membantu kita menulis
deskripsi secara bagus. Namun, menggambar sketsa jauh melibatkan
penghayatan ketimbang hanya menekan tombol kamera, dan ini membuat
sketsa merupakan alat bantu lebih kuat untuk menulis deskripsi.
Meski jurnalisme televisi telah demikian maju, yang bisa dengan cepat
dan penuh warna melaporkan obyek/peristiwa secara visual, jurnalisme
tulis tetap merupakan medium penting. Banyak novel/buku sangat memikat
dibaca, namun gagal atau terasa hambar ketika dialihkan menjadi film.
KETIGA, sketsa itu sendiri merupakan bahan penting dalam artikel yang
kita tulis. Sketsa tidak hanya menyangkut obyek yang kita lihat, tapi
juga peta perjalanan atau peta situasi sebuah daerah.
Beberapa tahun lalu, sketsa yang saya buat ketika melaporkan pencarian
orang hilang di Gunung Gede, Jawa Barat, dipakai sebagai bahan untuk
membuat infografik di Majalah Tempo: peta evakuasi jenazah korban dan
proses pencarian para korban.
Infografik kini merupakan bagian tak terpisahkan dalam jurnalisme
(jurnalisme visual/grafis) dan merupakan medium penting untuk
melengkapi tulisan: menjelaskan sebuah obyek yang rumit, mengajak
pembaca memahami situasi sebuah daerah lewat peta, dan sebagainya.
Farid Gaban | PenaIndonesia
kelas satu SMP, memilih beli komik Detektif Conan jilid terbaru,
sementara Aulya, kelas lima SD, memilih beli "recorder" (tadinya saya
bingung apa ini, tapi ternyata seruling).
Saya sendiri memilih buku gambar, pensil, kuas dan satu set aquarel.
Menggambar sketsa adalah salah satu hobi saya yang lain.
Saya tidak merasa pintar menggambar atau melukis (lebih suka desain
grafis, bermain dengan tipografi dan layout majalah/koran). Tapi,
ketrampilan menggambar sketsa perlu saya lakukan sebagai bagian
terpadu dari kebiasaan menulis.
Apa hubungan antara menggambar dan menulis?
PERTAMA, menggeluti bentuk dan mencampur warna adalah kegiatan
kreatif. Sebagai wartawan atau penulis kita memerlukan keseimbangan
antara nalar (kerja otak kanan) dan imajinasi/kreativitas (kerja otak
kiri). Menggambar dan melukis merangsang serta melatih agar otak kiri
terus berdenyut.
Imajinasi dan kreativitas kita perlukan dalam "problem solving" hampir
di semua profesi. Kemampuan seperti ini tak hanya diperlukan penulis
fiksi, tapi juga wartawan, bahkan ilmuwan dan mungkin bisnisman.
KEDUA, menggambar sketsa melatih kita peka terhadap detil visual.
Dalam penulisan kreatif kita mengenal deskripsi. Dan deskripsi pada
dasarnya adalah melukis dalam benak pembaca sebuah detil obyek lewat
tulisan. Tapi, kita hanya bisa melukis lewat kata jika kita mengamati
sebuah obyek secara detil, dan menggambar sketsa memaksa kita
mengamati detil.
- Berapa kuda yang menghela patung buatan Nyoman Nuarta di dekat air
mancur Gedung Indosat Jakarta?
- Detil ornamen apa yang membuat bangunan Bandara Cengkareng menjadi khas?
- Hidung atau matakah yang membuat wajah orang itu begitu mudah diingat?
- Apa yang menonjol dari motif kain batik Cirebon?
Kamera foto atau video memang bisa membantu kita untuk mengingat detil
dari sebuah obyek. Dalam banyak hal, alat ini membantu kita menulis
deskripsi secara bagus. Namun, menggambar sketsa jauh melibatkan
penghayatan ketimbang hanya menekan tombol kamera, dan ini membuat
sketsa merupakan alat bantu lebih kuat untuk menulis deskripsi.
Meski jurnalisme televisi telah demikian maju, yang bisa dengan cepat
dan penuh warna melaporkan obyek/peristiwa secara visual, jurnalisme
tulis tetap merupakan medium penting. Banyak novel/buku sangat memikat
dibaca, namun gagal atau terasa hambar ketika dialihkan menjadi film.
KETIGA, sketsa itu sendiri merupakan bahan penting dalam artikel yang
kita tulis. Sketsa tidak hanya menyangkut obyek yang kita lihat, tapi
juga peta perjalanan atau peta situasi sebuah daerah.
Beberapa tahun lalu, sketsa yang saya buat ketika melaporkan pencarian
orang hilang di Gunung Gede, Jawa Barat, dipakai sebagai bahan untuk
membuat infografik di Majalah Tempo: peta evakuasi jenazah korban dan
proses pencarian para korban.
Infografik kini merupakan bagian tak terpisahkan dalam jurnalisme
(jurnalisme visual/grafis) dan merupakan medium penting untuk
melengkapi tulisan: menjelaskan sebuah obyek yang rumit, mengajak
pembaca memahami situasi sebuah daerah lewat peta, dan sebagainya.
Farid Gaban | Pena
0 comments:
Post a Comment