Komting kami namanya Deni. Anak
rantau dari pangkalan bun, sebuah kota di pedalaman Kalimantan. Dia pinter,
pinter membahagiakan kami dalam ikatan keluarga. Dia rajin, rajin menjaga kami
dalam ikatan keluarga. Dia juga sabar, sabar memahami keunikan karakter kami
dalam ikatan keluarga.
Dari tadi ikatan keluarga terus yang
dibahas. Memang iya, ingin rasanya ku kenang mereka dengan tulisan. Walau
sedikit, tetapi cukup untuk meluapkan apa yang aku rasakan selama tujuh
semester. Terimakasih kepada keluargaku Yoomaners. Maaf kalau aku kurang
memberikan warna kepada kalian, tetapi kalian-lah yang selalu mewarnai
perjalanan waktuku.
Menengok ke belakang, aku masih ingat
saat singgih, heranda, indra dan denni jadi koordinator. Kita disuruh ini itu tanpa
tau apa esensinya. Rambut botak, evaluasi, lkmm pra dasar, danus, kumpul
angkatan, semua uda lalu. Kini aku mengerti apa yang mereka inginkan dari serangkaian
proses kaderisasi tersebut, walau caranya kurang setuju, tetapi terimakasih
sudah menyatukan angkatan kami.
Kini usia keluarga nol sepuluh sudah
menginjak tiga tahun, uda nggak lagi ngomongin keluarga atau menyatukan
angkatan versi kaderisasi. Sekarang saatnya kita ngomongin makna dari keluarga
itu sendiri. Keluarga itu tempat kita merasakan kenyamanan, hangatnya
kebersamaan, canda dan tawa, senang dan susah kita tanggung bersama.
Tugas besar kuliah uda kita lewati,
sekarang kita menginjak di semester tujuh, dimana kita akan dibilang sebagai
angkatan tua. Masing – masing dari kita sudah mempunyai rencana kedepan, ada
yang masih perbaikan nilai, ada juga yang sudah mau nyusun skripsi. Aku senang,
masing – masing dari kita sudah bersiap menjadi sarjana.
Sarjana apa yang kita inginkan?
sarjana doang! kita bersusah payah wisuda dan sibuk mencari lowongan kerja. Ya
emang alurnya seperti itu, di Indonesia kita dididik untuk menjadi seorang
karyawan yang handal dan menurut kepada pemilik modal, sayang nya mereka juga
bukan milik pribumi. Chevron, Newmont, Freeport sekalipun, mereka punya orang
asing.
Terserah teman-teman sih, asalkan
ditekuni, walau PNS pun pasti kita akan sukses. Cuman aku mau ngasih saran aja,
sebelum wisuda dan terjun ke dunia kerja dan berinteraksi dalam masyarakat,
jadilah seorang yang di inginkan oleh masyarakat tempat kita berada. Selayaknya
manusia, kita akan diterima oleh orang lain ketika kita memiliki sikap yang
ramah dan baik hati.
Dua sikap tersebut tak dijual
dimanapun, tetapi kita bisa memperolehnya secara gratis jika mau berubah.
Berubah laiknya superhero juga enggak bisa, perubahan butuh waktu dan
kesabaran. Perbaikilah diri kita agar menjadi seorang pembeda dalam masyarakat,
tak sekedar berpartisipasi, tetapi mampu merubah keadaan jauh lebih baik.
Cobalah dengan melakukan sesuatu hal
kecil, namun berarti sebuah kebaikan. Misal saja kegiatan berbagi. Ya walaupun
enggak terlalu sering kita lakukan dan efek yang kita berikan juga enggak
terlalu besar, tetapi, kebiasaan baik itulah yang akan memperbaiki diri kita
secara perlahan. Ibaratkan hari ini kita berbagi satu, bulan depan dua,
seterusnya sampai pada tingkatan paling atas.
Seperti belajar ilmu geodesi yang
diawali dengan materi pengantar geodesi dan seterusnya, suatu ketika kita akan
mampu memahami apa itu geodesi. Hal yang sama berlaku ketika kita mempelajari
apa itu berbagi, dimulai dari berbagi sedikit dan sendiri, sampai tingkatan
banyak dan bersama satu angkatan.
Satu mimpi yang aku harap akan
terkabul suatu saat, keluargaku Yooman bersama berbagi kepada mereka yang
membutuhkan, bukan karena ada momen, acara tertentu, atau keinginan di
baliknya, tetapi murni kesadaran kita sebagai keluarga yang mampu memberikan
warna kebahagian kepada keluarga lain di luar sana.
Semoga.
Aamiin.
2 comments:
maaf ada kesalahan, komen ke removed semua, hehe
Post a Comment