Kita sudah
menginjak usia 20 tahunan, sebentar lagi mungkin kita akan wisuda, bekerja dan
berkeluarga. Dari sekian banyak hal yang anda fikirkan, seberapa besar ibu ada
di antaranya.
Mungkin aku juga sama seperti kalian, sering lupa dari pada
ingat. Sudah selayaknya kita melawan lupa di detik ini juga. Ibu, tiga alphabet
yang lebih berarti dari segalanya.
Alkisah seorang anak
yang telah menjadi seorang ayah. Ia berkehendak menjenguk kembali sang ibu yang
mulai menua dan hidup sendiri setelah ditinggal ayah beberapa tahun lalu.
Sang
anak sedih, di depan pintu rumah masa kecil, ia menangis tersendu. Mengingat semua
yang telah ia lakukan dan semua yang telah Ibu berikan kepadanya.
Berkata ia dalam hati.
Ibu,
Aku hanya seorang anak kecil yang
bodoh. Dulu, banyak hal konyol yang aku perbuat.
Dan terkadang, semua itu menyakiti
hatimu. Ibu, sekarang aku di sini untukmu.
Untuk saat – saat aku membuatmu
menangis. Ketika aku berbohong kepadamu.
Sekarang sudah waktunya bagimu
menerima semua balasan dariku.
Untuk semua hal yang telah engkau
korbankan.
Bu,
sekarang aku sudah dewasa. Ini aku yang baru.
Ingin
rasanya ku ukir senyum cantik di wajahmu setiap hari.
Bu,
aku belum terlambat kan?
Sekuat
tenaga akan ku ukir senyum di wajahmu setiap hari.
Bu, sekarang aku sudah mengerti. Semua
sikap kasih sayangmu selama ini.
Hariku telah tiba. Aku telah mempunyai seorang anak.
Walau aku belum baik. Aku akan
belajar banyak darimu.
Sekarang aku berusaha mencoba. Mencintai
seorang anak seperti yang Ibu lakukan.
Ibu, tak ada seorangpun di dunia ini
yang dapat mengganti dirimu di hatiku.
Maafkan atas segala kesalahan yang
aku perbuat selama ini.
Akan ku gunakan setiap kesempatan
tuk membahagiakanmu.
Ijinkan aku mencoba mencintaimu
seperti Ibu mencintaiku.
Walaupun hanya Tuhan yang mengerti
seberapa besar arti dirimu di hatiku, Ibu.
Ibu, jika waktu dapat ku putar. Aku akan memutarkannya
untukmu.
Masa mudaku akan ku habiskan untuk membahagiakanmu.
Betapa bodohnya aku. Berkeluarga dan tinggal di kota besar.
Sedang engkau Ibu, aku tinggalkan sendiri di kampung.
Tetesan air mata ini semoga mampu menghapus segala kesalahanku.
Bergegas sang
anak mengetuk pintu tua tersebut. Dari luar terdengar suara salam, “Assalamu’alaykum”.
Ibu kenal dengan suara itu, sang anak berkenan menjenguknya. Bukan harta, oleh –
oleh atau benda yang lain yang Ibu fikirkan, tetapi kehadiran anak di tempat
Ibu menghabiskan masa tua. Ibu sangat bahagia.
Mungkin suatu
saat kita juga akan mengalaminya. Masa dimana kita menyesali apa yang telah
kita lakukan, kepada seorang yang hanya memberi tanpa meminta kembali. Karena
kemuliaannya, hingga Tuhan memberikan Ridho-Nya kepada Ibu.
Sebelum kita
menyesali lebih jauh lagi. Segeralah perbaiki diri kita. Manfaatkan masa muda
kita untuk membahagiakan Ibu. Minimal kita mulai dengan tidak melukai hatinya.
Ibu, sekali lagi maafkan kami, yang selama ini belum menjadi anak yang baik di matamu.
0 comments:
Post a Comment